Pembuka

Selamat Datang di Blog Ikatan Alumni SMAN 1 Purwodadi-Grobogan 1991

Kamis, 25 Agustus 2011

Apakah Legenda Atlantis itu Indonesia?

Legenda Atlantis Menurut Timaeus dan Critias

Kita telah mengenal Atlantis yang legendaris sejak lama. Selain menarik minat para arkeolog dan penjelajah, Atlantis juga menarik perhatian para panganut new age, ufolog hingga nazi Jerman.

Bahkan beberapa orang mengatakan bahwa bangsa Atlantis adalah sekelompok ras super keturunan alien yang memiliki teknologi tinggi. Tapi ngomong-ngomong, berapa banyak dari kalian yang pernah membaca buku Timaeus dan Critias tulisan Plato?

 

Timaeus dan Critias adalah sebuah buku yang ditulis dalam rupa dialog yang terjadi antara Timaeus, Critias, Hermocrates dan Socrates. Dalam buku itu, kisah Atlantis diceritakan oleh Critias yang mendengar kisah itu dari kakeknya yang juga bernama Critias. Sedangkan Critias (sang kakek) mendengarnya dari Solon. Dan Solon mendengarnya dari para pendeta Mesir.

Timaeus hanya sedikit menyinggung soal Atlantis. Sedangkan Critias lebih banyak mendeskripsikan Atlantis. Namun, Critias sepertinya belum diselesaikan oleh Plato sehingga kita hanya mendapat sepenggal kisah Atlantis. Tapi paling tidak cukup untuk mengambil pelajaran dari bangsa yang luar biasa ini.
 

Lokasi Atlantis

"Kekuatan ini datang dari samudera Atlantik. Pada waktu itu, samudera Atlantik dapat dilayari dan ada sebuah pulau yang terletak di hadapan selat yang engkau sebut pilar-pilar Herkules.

Pulau itu lebih luas dibandingkan dengan gabungan Libya dan Asia dan pilar-pilar ini juga merupakan pintu masuk ke pulau-pulau lain di sekitarnya, dan dari pulau-pulau itu engkau dapat sampai ke seluruh benua yang menjadi pembatas laut Atlantik.
 

Laut yang ada di dalam pilar-pilar Herkules hanyalah seperti sebuah pelabuhan yang memiliki pintu masuk sempit. Namun laut yang di luarnya adalah laut yang sesungguhnya, dan benua yang mengelilinginya dapat disebut benua tanpa batas.

Di wilayah Atlantis ini, ada sebuah kerajaan besar yang memerintah keseluruhan pulau dan pulau lain disekitarnya serta sebagian wilayah di benua lainnya" (Timaeus)
 
 

Asal mula bangsa Atlantis

"Sebelumnya aku telah berbicara mengenai pembagian wilayah yang diadakan bagi para dewa dan bagaimana mereka tersebar ke seluruh dunia dalam proporsi yang berbeda-beda. Dan Poseidon, menerima bagiannya, yaitu pulau Atlantis." (Critias)

"Di tengah-tengah pulau itu ada sebuah dataran yang dianggap terbaik dan memiliki tanah yang subur. Di situ ada sebuah gunung yang tidak terlalu tinggi di masing sisi-sisinya. Di gunung itu tinggal seorang pria fana bernama Evenor yang memiliki seorang istri bernama Leucippe. Mereka memiliki satu anak perempuan bernama Cleito. Ketika Cleito telah dewasa, ayah dan ibunya meninggal dunia. Poseidon jatuh cinta dan bersetubuh dengannya." (Critias)

 

Karakteristik Tanah Atlantis

"Poseidon lalu memecahkan tanah di sekitar bukit tempat tinggal Cleito sehingga bukit itu terpisah dari dataran lain. Bukit itu sekarang dikelilingi oleh laut yang berbentuk lingkaran. Poseidon membuat dua bagian daratan seperti ini sehingga jumlahnya menjadi dua daratan yang dikelilingi tiga wilayah perairan." (Critias)
 

"Masing-masing daratan memiliki sirkumferen yang berjarak sama dari tengah pulau tersebut. Jadi tidak ada satu orang dan satu kapalpun yang dapat mencapai pulau itu. Poseidon lalu membuat dua mata air di tengah-tengah pulau, satu air hangat dan satu lagi air dingin. ia juga membuat berbagai macam makanan muncul dari tanah yang subur." (Critias)

 

Nenek Moyang bangsa Atlantis

"Poseidon dan Cleito memiliki lima pasang anak kembar laki-laki. Ia lalu membagi pulau Atlantis menjadi sepuluh bagian. Ia memberikan kepada anak tertua dari pasangan kembar pertama tempat kediaman ibu mereka dan wilayah yang mengelilinginya yang merupakan tanah terluas dan terbaik. Ia juga menjadikannya raja atas saudara-saudaranya. Poseidon memberi nama anak itu Atlas. Dan karenanya seluruh pulau dan samudera itu disebut Atlantik." (Critias)

 

Kemakmuran Bangsa Atlantis

"Tanah Atlantis adalah tanah yang terbaik di dunia dan karenanya mampu menampung pasukan dalam jumlah besar." (Critias)

"Tanah itu juga mendapatkan keuntungan dari curah hujan tahunan, memiliki persediaan yang melimpah di semua tempat." (Critias)

"Orichalcum bisa digali di banyak wilayah di pulau itu. Pada masa itu Orichalcum lebih berharga dibanding benda berharga apapun, kecuali emas. Di pulau itu juga banyak terdapat kayu untuk pekerjaan para tukang kayu dan cukup banyak persediaan untuk hewan-hewan ternak ataupun hewan liar, yang hidup di sungai ataupun darat, yang hidup di gunung ataupun dataran. Bahkan di pulau itu juga terdapat banyak gajah" (Critias)

 

Struktur Masyarakat Atlantis

"Pada masa itu, wilayah Atlantis didiami oleh berbagai kelas masyarakat. Ada tukang batu, tukang kayu, ada suami-suami dan para prajurit. Bagi para prajurit, mereka mendapat wilayah sendiri dan semua keperluan untuk kehidupan dan pendidikan disediakan dengan berlimpah. Mereka tidak pernah menganggap bahwa kepunyaan mereka adalah milik mereka sendiri. Mereka menganggapnya sebagai kepunyaan bersama. Mereka juga tidak pernah menuntut makanan lebih banyak dari yang dibutuhkan." (Critias)

"Para prajurit ini tinggal di sekitar kuil Athena dan Hephaestus di puncak bukit. Di tempat itu mereka kemudian membuat pagar untuk melindungi tempat itu. Di sebelah utara, mereka membangun ruangan untuk makan di musim dingin dan membuat bangunan-bangunan yang dapat digunakan untuk kebutuhan bersama." (Critias)

"Mereka tidak memuja emas dan perak karena bagi mereka, semua itu tidak ada gunanya. mereka juga membangun rumah sederhana dimana anak-anak mereka dapat bertumbuh." (Critias)

'Inilah cara mereka hidup, mereka menjadi penjaga kaum mereka sendiri dan menjadi pemimpin bagi seluruh kaum Helenis yang dengan sukarela menjadi pengikut mereka. Lalu mereka juga menjaga jumlah perempuan dan laki-laki dalam jumlah yang sama untuk berjaga-jaga bila terjadi perang. Dengan cara inilah mereka mengelola wilayah mereka dan seluruh wilayah Hellas dengan adil. Atlantis menjadi sangat termashyur di seluruh Eropa dan Asia karena ketampanan dan kebaikan hati para penduduknya." (Critias)

 

Teknologi Atlantis

"Mereka membangun kuil, istana dan pelabuhan-pelabuhan. Mereka juga mengatur seluruh wilayah dengan susunan sebagai berikut : pertama mereka membangun jembatan untuk menghubungkan wilayah air dengan daratan yang mengelilingi kota kuno. Lalu membuat jalan dari dan ke arah istana. Mereka membangun istana di tempat kediaman dewa-dewa dan nenek moyang mereka yang terus dipelihara oleh generasi berikutnya. Setiap raja menurunkan kemampuannya yang luar biasa kepada raja berikutnya hingga mereka mampu membangun bangunan yang luar biasa besar dan indah." (Critias)

"Dan mereka membangun sebuah kanal selebar 300 kaki dengan kedalaman 100 kaki dan panjang 50 stadia (9 km). Mereka juga membuat jalan masuk yang cukup besar untuk dilewati bahkan oleh kapal terbesar dan Lewat kanal ini mereka dapat berlayar menuju zona terluar." (Critias)

 

Kehancuran Pulau Atlantis

"9.000 tahun adalah jumlah tahun yang telah berlangsung sejak perang yang terjadi antara mereka yang berdiam di luar pilar-pilar Herkules dengan mereka yang berdiam di dalamnya. Perang inilah yang akan aku deskripsikan." (Critias)

"Pasukan yang satu dipimpin oleh kota-kota Athena. Di pihak lain, pasukannya dipimpin langsung oleh raja-raja dari Atlantis, yaitu seperti yang telah aku jelaskan, sebuah pulau yang lebih besar dibanding gabungan Libya dan Asia, yang kemudian dihancurkan oleh sebuah gempa bumi dan menjadi tumpukan lumpur yang menjadi penghalang bagi para penjelajah yang berlayar ke bagian samudera yang lain." (Critias)

"Banyak air bah yang telah terjadi selama 9.000 tahun, yaitu jumlah tahun yang telah terjadi ketika aku berbicara. Dan selama waktu itu juga telah terjadi banyak perubahan. Tidak pernah terjadi dalam sejarah begitu banyak akumulasi tanah yang jatuh dari pegunungan di satu wilayah. Namun tanah telah berjatuhan dan menimbun wilayah Atlantis dan menutupinya dari pandangan mata." (Critias)

"Karena hanya dalam semalam, hujan yang luar biasa lebat menyapu bumi dan pada saat yang bersamaan terjadi gempa bumi. Lalu muncul air bah yang menggenang seluruh wilayah." (Critias)

"Namun sesudah itu, muncul gempa bumi dan banjir yang dashyat. Dan dalam satu hari satu malam, semua penduduknya tenggelam ke dalam perut bumi dan pulau Atlantis lenyap ke dalam samudera luas. Dan karena alasan inilah, bagian samudera disana menjadi tidak dapat dilewati dan dijelajahi karena ada tumpukan lumpur yang diakibatkan oleh kehancuran pulau tesebut." (Timaeus).

 
Penutup - Pelajaran dari Atlantis
 
 "Selama banyak generasi, karakter yang mulia hidup di dalam diri mereka, mereka patuh kepada hukum dan memiliki ketertarikan yang kuat kepada dewa. Mereka memiliki jalan hidup yang baik, menggabungkan kelemahlembutan dengan kebijaksanaan di dalam berbagai aspek kehidupan dan dalam hubungannya dengan sesama." (Critias)

"Mereka tidak mau mengangkat senjata melawan sesamanya, dan mereka akan segera bergegas menolong rajanya ketika ada usaha untuk menggulingkannya. Mereka menolak segala kejahatan dan hanya melakukan kebaikan. Mereka hanya menaruh sedikit perhatian untuk kehidupan mereka sendiri. Mereka menganggap remeh harta benda emas dan perak yang sepertinya hanya menjadi beban bagi mereka." (Critias)

"Bahkan ketika mereka berkelimpahan di dalam kemewahan, mata hati mereka tidak dibutakan olehnya. Mereka sadar bahwa kekayaan mereka akan bertambah oleh perbuatan baik dan persahabatan antara satu dengan yang lain yang juga disertai dengan penghormatan antara sesama. Karakter-karakter semacam itu terus bertumbuh di antara mereka." (Critias)

"Namun, karakter-karakter mulia tersebut mulai memudar dan menjadi terlalu sering dikompromikan. Mereka bercampur dengan sifat-sifat duniawi, dan sifat itu kemudian menjadi pengendali. Karena itu mereka tidak mampu lagi menanggung kekayaan yang mereka miliki. Mereka mulai berperilaku tidak sepantasnya dan mata mereka menjadi rabun karena mereka telah kehilangan harta mereka yang paling berharga." (Critias)

"Zeus, raja para dewa yang memerintah berdasarkan hukum dan mampu melihat perbuatan-perbuatan jahat yang mereka lakukan mulai mencanangkan hukuman bagi ras yang terhormat itu supaya mereka dapat disadarkan dan dimurnikan. Lalu ia mulai mengumpulkan para dewa dari tempat kediaman masing-masing. Setelah mereka semua berkumpul, Zeus berkata : ....." (Critias)

Dan dengan kalimat itulah Critias berakhir, tidak terselesaikan. Jadi kita tidak akan pernah tahu apa yang ingin dikatakan oleh Zeus. Tapi bahkan walaupun buku ini tidak pernah terselesaikan, pengaruhnya terhadap umat manusia jauh lebih besar dibandingkan dengan ribuan buku lainnya.


Kerajaan Hartharanus = Atlantis = Nusantara?

Atlantis, Akankah Selamanya Menjadi Misteri yang Abadi?

Mitos tentang Peradaban Atlantis pertama kali dicetuskan oleh seorang filsafat Yunani kuno bernama Plato (427 – 347 SM) dalam buku Critias dan Timaeus.
Dalam buku Timaeus Plato menceritakan bahwa dihadapan selat Mainstay Haigelisi, ada sebuah pulau yang sangat besar, dari sana kalian dapat pergi ke pulau lainnya,

di depan pulau-pulau itu adalah seluruhnya daratan yang dikelilingi laut samudera, itu adalah kerajaan Atlantis. Ketika itu Atlantis baru akan melancarkan perang besar dengan Athena, namun di luar dugaan Atlantis tiba-tiba mengalami gempa bumi dan banjir, tidak sampai sehari semalam, tenggelam sama sekali di dasar laut, negara besar yang melampaui peradaban tinggi, lenyap dalam semalam.

Dibagian lain pada buku Critias adalah adik sepupu dari Critias mengisahkan tentang Atlantis. Critias adalah murid dari ahli filsafat Socrates, tiga kali ia menekankan keberadaan Atlantis dalam dialog. Kisahnya berasal dari cerita lisan Joepe yaitu moyang lelaki Critias, sedangkan Joepe juga mendengarnya dari seorang penyair Yunani bernama Solon (639-559 SM).

Solon adalah yang paling bijaksana di antara 7 mahabijak Yunani kuno, suatu kali ketika Solon berkeliling Mesir, dari tempat pemujaan makam leluhur mengetahui legenda Atlantis.


Garis besar kisah pada buku tersebut Ada sebuah daratan raksasa di atas Samudera Atlantik arah barat Laut Tengah yang sangat jauh, yang bangga dengan peradabannya yang menakjubkan. Ia menghasilkan emas dan perak yang tak terhitung banyaknya. Istana dikelilingi oleh tembok emas dan dipagari oleh dinding perak. Dinding tembok dalam istana bertahtakan emas, cemerlang dan megah. Di sana, tingkat perkembangan
peradabannya memukau orang. Memiliki pelabuhan dan kapal dengan perlengkapan yang sempurna, juga ada benda yang bisa membawa orang terbang. Kekuasaannya tidak hanya terbatas di Eropa, bahkan jauh sampai daratan Afrika. Setelah dilanda gempa dahsyat, tenggelamlah ia ke dasar laut beserta peradabannya, juga hilang dalam ingatan orang-orang.


Jika dibaca dari sepenggal kisah diatas maka kita akan berpikiran bahwa Atlantis merupakan sebuah peradaban yang sangat memukau. Dengan teknologi dan ilmu pengetahuan pada waktu itu sudah menjadikannya sebuah bangsa yang besar dan mempunyai kehidupan yang makmur.
Tapi kemudian saya mempunyai pertanyaan, apakah itu hanya sebuah cerita untuk pengantar tidur pada jamannya Plato atau memang Plato mempunyai bukti2 kuat dan otentik bahwa atlantis itu benar-benar pernah ada dalam kehidupan di bumi ini?

Terdapat beberapa catatan tentang usaha para ilmuwan dan orang-orang dalam pencarian untuk membuktikan bahwa Atlantis itu benar-benar pernah ada.
Menurut perhitungan versi Plato waktu tenggelamnya kerajaan Atlantis, kurang lebih 11.150 tahun yang silam. Plato pernah beberapa kali mengatakan, keadaan kerajaan Atlantis diceritakan turun-temurun. Sama sekali bukan rekaannya sendiri. Plato bahkan pergi ke Mesir minta petunjuk biksu dan rahib terkenal setempat waktu itu. Guru Plato yaitu Socrates ketika membicarakan tentang kerajaan Atlantis juga menekankan, karena hal itu adalah nyata, nilainya jauh lebih kuat dibanding kisah yang direkayasa.

Jika semua yang diutarakan Plato memang benar-benar nyata, maka sejak 12.000 tahun silam, manusia sudah menciptakan peradaban. Namun di manakah kerajaan Atlantis itu? Sejak ribuan tahun silam orang-orang menaruh minat yang sangat besar terhadap hal ini. Hingga abad ke-20 sejak tahun 1960-an, laut Bermuda yang terletak di bagian barat Samudera Atlantik, di kepulauan Bahama, dan laut di sekitar kepulauan Florida pernah berturut-turut diketemukan keajaiban yang menggemparkan dunia.

Suatu hari di tahun 1968, kepulauan Bimini di sekitar Samudera Atlantik di gugusan Pulau Bahama, laut tenang dan bening bagaikan kaca yang terang, tembus pandang hingga ke dasar laut. Beberapa penyelam dalam perjalanan kembali ke kepulauan Bimini, tiba-tiba ada yang menjerit kaget. Di dasar laut ada sebuah jalan besar! Beberapa penyelam secara bersamaan terjun ke bawah, ternyata memang ada sebuah jalan besar membentang tersusun dari batu raksasa. Itu adalah sebuah jalan besar yang dibangun dengan menggunakan batu persegi panjang dan poligon, besar kecilnya batu dan ketebalan tidak sama, namun penyusunannya sangat rapi, konturnya cemerlang. Apakah ini merupakan jalan posnya kerajaan Atlantis?

Awal tahun ‘70-an disekitar kepulauan Yasuel Samudera Atlantik, sekelompok peneliti telah mengambil inti karang dengan mengebor pada kedalaman 800 meter di dasar laut, atas ungkapan ilmiah, tempat itu memang benar-benar sebuah daratan pada 12.000 tahun silam. Kesimpulan yang ditarik atas dasar teknologi ilmu pengetahuan, begitu mirip seperti yang dilukiskan Plato! Namun, apakah di sini tempat tenggelamnya kerajaan Atlantis?

Tahun 1974, sebuah kapal peninjau laut Uni Soviet telah membuat 8 lembar foto yang jika disarikan membentuk sebuah bangunan kuno mahakarya manusia. Apakah ini dibangun oleh orang Atlantis?
Tahun 1979, ilmuwan Amerika dan Perancis dengan peranti instrumen yang sangat canggih menemukan piramida di dasar laut “segitiga maut” laut Bermuda.

Panjang piramida kurang lebih 300 meter, tinggi kurang lebih 200 meter, puncak piramida dengan permukaan samudera hanya berjarak 100 meter, lebih besar dibanding piramida Mesir. Bagian bawah piramida terdapat dua lubang raksasa, air laut dengan kecepatan yang menakjubkan mengalir di dasar lubang.
Piramida besar ini, apakah dibangun oleh orang-orang Atlantis? Pasukan kerajaan Atlan pernah menaklukkan Mesir, apakah orang Atlantis membawa peradaban piramida ke Mesir? Benua Amerika juga terdapat piramida, apakah berasal dari Mesir atau berasal dari kerajaan Atlantis?

Tahun 1985, dua kelasi Norwegia menemukan sebuah kota kuno di bawah areal laut “segitiga maut”. Pada foto yang dibuat oleh mereka berdua, ada dataran, jalan
besar vertikal dan horizontal serta lorong, rumah beratap kubah, gelanggang aduan (binatang), kuil, bantaran sungai dll. Mereka berdua mengatakan mutlak percaya terhadap apa yang mereka temukan itu adalah Benua Atlantis seperti yang dilukiskan oleh Plato. Benarkah itu?

 
 
 

Yang lebih menghebohkan lagi adalah penelitian yang dilakukan oleh Aryso Santos, seorang ilmuwan asal Brazil. Santos menegaskan bahwa Atlantis itu adalah wilayah yang sekarang ini disebut Indonesia.
Dalam penelitiannya selama 30 tahun yang ditulis dalam sebuah buku “Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitifve Localization of Plato’s Lost Civilization” dia menampilkan 33 perbandingan, seperti luas wilayah, cuaca, kekayaan alam, gunung berapi, dan cara bertani, yang akhirnya menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah Indonesia. Sistem terasisasi sawah yang khas Indonesia, menurutnya, ialah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan bangunan kuno Aztec di Meksiko.

Santos menetapkan bahwa pada masa lalu Atlantis itu merupakan benua yang membentang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai pusatnya. Di wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi yang aktif dan dikelilingi oleh samudera yang menyatu bernama Orientale, terdiri dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
 



Sedangkan menurut Plato Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Pada masa itu sebagian besar bagian dunia masih diliput oleh lapisan-lapisan es (era Pleistocene). Dengan meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan yang sebagian besar terletak di wilayah Indonesia (dulu) itu, maka tenggelamlah sebagian benua dan diliput oleh air asal dari es yang mencair. Di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan dan gunung Semeru/Sumeru/Mahameru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung berapi di Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan pulau Somasir, yang merupakan puncak gunung yang meletus pada saat itu. Letusan yang paling dahsyat di kemudian hari adalah gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian Sumatera dan Jawa dan lain-lainnya serta membentuk selat dataran Sunda.

Santos berbeda dengan Plato mengenai lokasi Atlantis. Ilmuwan Brazil itu berargumentasi, bahwa pada saat terjadinya letusan berbagai gunung berapi itu, menyebabkan lapisan es mencair dan mengalir ke samudera sehingga luasnya bertambah. Air dan lumpur berasal dari abu gunung berapi tersebut membebani samudera dan dasarnya, mengakibatkan tekanan luar biasa kepada kulit bumi di dasar samudera, terutama pada pantai benua. Tekanan ini mengakibatkan gempa. Gempa ini diperkuat lagi oleh gunung-gunung yang meletus kemudian secara beruntun dan menimbulkan gelombang tsunami yang dahsyat. Santos menamakannya Heinrich Events.

Dalam usaha mengemukakan pendapat mendasarkan kepada sejarah dunia, tampak Plato telah melakukan dua kekhilafan, pertama mengenai bentuk/posisi bumi yang katanya datar. Kedua, mengenai letak benua Atlantis yang katanya berada di Samudera Atlantik yang ditentang oleh Santos. Penelitian militer Amerika Serikat di wilayah Atlantik terbukti tidak berhasil menemukan bekas-bekas benua yang hilang itu. Oleh karena itu tidaklah semena-mena ada peribahasa yang berkata, “Amicus Plato, sed magis amica veritas.” Artinya,”Saya senang kepada Plato tetapi saya lebih senang kepada kebenaran.”

Namun, ada beberapa keadaan masa kini yang antara Plato dan Santos sependapat. Yakni pertama, bahwa lokasi benua yang tenggelam itu adalah Atlantis dan oleh Santos dipastikan sebagai wilayah Republik Indonesia. Kedua, jumlah atau panjangnya mata rantai gunung berapi di Indonesia. Di antaranya ialah Kerinci, Talang, Krakatoa, Malabar, Galunggung, Pangrango, Merapi, Merbabu, Semeru, Bromo, Agung, Rinjani. Sebagian dari gunung itu telah atau sedang aktif kembali.

Ini ada lagi yang lebih unik dari Santos dan kawan-kawan tentang usaha untuk menguak misteri Atlantis. Sarjana Barat secara kebetulan menemukan seseorang yang mampu mengingat kembali dirinya sebagai orang Atlantis di kehidupan sebelumnya “Inggrid Benette”. Beberapa penggal kehidupan dan kondisi sosial dalam ingatannya masih membekas, sebagai bahan masukan agar bisa merasakan secara gamblang peradaban tinggi Atlantis. Dan yang terpenting adalah memberikan kita petunjuk tentang mengapa Atlantis musnah. Di bawah ini adalah ingatan Inggrid Bennette.


Kehidupan yang Dipenuhi Kecerdasan

Dalam kehidupan sebelumnya di Atlantis, saya adalah seorang yang berpengetahuan luas, dipromosikan sebagai kepala energi wanita “Pelindung Kristal” (setara dengan seorang kepala pabrik pembangkit listrik sekarang). Pusat energi ini letaknya pada sebuah ruang luas yang bangunannya beratap lengkung. Lantainya dari pasir dan batu tembok, di tengah-tengah kamar sebuah kristal raksasa diletakkan di atas alas dasar hitam. Fungsinya adalah menyalurkan energi ke seluruh kota. Tugas saya melindungi kristal tersebut. Pekerjaan ini tak sama dengan sistem operasional pabrik sekarang, tapi dengan menjaga keteguhan dalam hati, memahami jiwa sendiri, merupakan bagian penting dalam pekerjaan, ini adalah sebuah instalasi yang dikendalikan dengan jiwa. Ada seorang lelaki yang cerdas dan pintar, ia adalah “pelindung” kami, pelindung lainnya wanita.

Rambut saya panjang berwarna emas, rambut digelung dengan benda rajutan emas, persis seperti zaman Yunani. Rambut disanggul tinggi, dengan gulungan bengkok jatuh bergerai di atas punggung. Setiap hari rambutku ditata oleh ahli penata rambut, ini adalah sebagian pekerjaan rutin. Filsafat yang diyakini orang Atlantis adalah bahwa “tubuh merupakan kuilnya jiwa”, oleh karena itu sangat memperhatikan kebersihan tubuh dan cara berbusana, ini merupakan hal yang utama dalam kehidupan. Saya mengenakan baju panjang tembus pandang, menggunakan daun pita emas yang diikat di pinggang belakang setelah disilang di depan dada. Lelaki berpakaian rok panjang juga rok pendek, sebagian orang memakai topi, sebagian tidak, semuanya dibuat dengan bahan putih bening yang sama. Seperti pakaian seragam, namun di masa itu, sama sekali tidak dibedakan, mengenakan ini hanya menunjukkan sebuah status, melambangkan kematangan jiwa raga kita. Ada juga yang mengenakan pakaian warna lain, namun dari bahan bening yang sama, mereka mengenakan pakaian yang berwarna karena bertujuan untuk pengobatan. Hubungannya sangat besar dengan ketidakseimbangan pusat energi tubuh, warna yang spesifik memiliki fungsi pengobatan.


Berkomunikasi dengan Hewan

Saya sering pergi mendengarkan nasihat lumba-lumba. Lumba-lumba hidup di sebuah tempat yang dibangun khusus untuk mereka. Sebuah area danau besar yang indah, mempunyai undakan raksasa yang menembus ke tengah danau. Pilar dua sisi undakan adalah tiang yang megah, sedangkan area danau dihubungkan dengan laut melalui terusan besar. Di siang hari lumba-lumba berenang di sana, bermain-main, setelah malam tiba kembali ke lautan luas. Lumba-lumba bebas berkeliaran, menandakan itu adalah tempat yang sangat istimewa. Lumba-lumba adalah sahabat karib dan penasihat kami. Mereka sangat pintar, dan merupakan sumber keseimbangan serta keharmonisan masyarakat kami.

Hanya sedikit orang pergi mendengarkan bahasa intelek lumba-lumba. Saya sering berenang bersama mereka, mengelus mereka, bermain-main dengan mereka, serta mendengarkan nasihat mereka. Kami sering bertukar pikiran melalui telepati. Energi mereka membuat saya penuh vitalitas sekaligus memberiku kekuatan. Saya dapat berjalan-jalan sesuai keinginan hati, misalnya jika saya ingin pergi ke padang luas yang jauh jaraknya, saya memejamkan mata dan memusatkan pikiran pada tempat tersebut. Akan ada suatu suara “wuung” yang ringan, saya membuka mata, maka saya sudah berada di tempat itu.

Saya paling suka bersama dengan Unicorn (kuda terbang). Mereka sama seperti kuda makan rumput di padang belantara. Unicorn memiliki sebuah tanduk di atas kepalanya, sama seperti ikan lumba-lumba, kami kontak lewat hubungan telepati. Secara relatif, pikiran Unicorn sangat polos. Kami acap kali bertukar pikiran, misalnya, “Aku ingin berlari cepat”. Unicorn akan menjawab: “Baiklah”. Kita lari bersama, rambut kami berterbangan tertiup angin. Jiwa mereka begitu tenang, damai menimbulkan rasa hormat. Unicorn tidak pernah melukai siapa pun, apalagi mempunyai pikiran atau maksud jahat, ketika menemui tantangan sekalipun akan tetap demikian.

Saya sering kali merasa sedih pada orang zaman sekarang, sebab sama sekali tidak percaya dengan keberadaan hewan ini, ada seorang pembina jiwa mengatakan kepadaku: “Saat ketika kondisi dunia kembali pada keseimbangan dan keharmonisan, semua orang saling menerima, saling mencintai, saat itu Unicorn akan kembali”.
Lingkungan yang Indah Permai
Di timur laut Atlantis terdapat sebidang padang rumput yang sangat luas. Padang rumput ini menyebarkan aroma wangi yang lembut, dan saya suka duduk bermeditasi di sana. Aromanya begitu hangat. Kegunaan dari bunga segar sangat banyak, maka ditanam secara luas. Misalnya, bunga yang berwarna biru dan putih ditanam bersama, ini bukan saja sangat menggoda secara visual, sangat dibutuhkan buat efektivitas getaran. Padang rumput ini dirawat oleh orang yang mendapat latihan khusus dan berkualitas tinggi serta kaya pengetahuan. “Ahli ramuan” mulai merawat mereka sejak tunas, kemudian memetik dan mengekstrak sari pati kehidupannya.

Di lingkungan kerja di Atlantis, jarang ada yang berposisi rendah. Serendah apa pun pekerjaannya, tetap dipandang sebagai anggota penting di dalam masyarakat kami. Masyarakat terbiasa dengan menghormati dan memuji kemampuan orang lain. Yang menanam buah, sayur-mayur, dan penanam jenis kacang-kacangan juga hidup di timur laut. Sebagian besar adalah ahli botani, ahli gizi dan pakar makanan lainnya. Mereka bertanggung jawab menyediakan makanan bagi segenap peradaban kami.


Sebagian besar orang ditetapkan sebagai pekerja fisik, misalnya tukang kebun dan tukang bangunan. Hal itu akan membuat kondisi tubuh mereka tetap stabil. Sebagian kecil dari mereka mempunyai kecerdasan, pengaturan pekerjaan disesuaikan dengan tingkat perkembangan kecerdasan mereka. Orang Atlantis menganggap, bahwa pekerjaan fisik lebih bermanfaat, ini membuat emosi (perasaan) mereka mendapat keseimbangan, marah dan suasana hati saat depresi dapat diarahkan secara konstruktif, lagi pula tubuh manusia terlahir untuk pekerjaan fisik, hal tersebut telah dibuktikan. Namun, selalu ada pengecualian, misalnya lelaki yang kewanitaan atau sebaliknya, pada akhirnya, orang pintar akan membimbing orang-orang ini bekerja yang sesuai dengan kondisi mereka. Setiap orang akan menuju ke kecerdasan, berperan sebagai tokoh sendiri, semua ini merupakan hal yang paling mendasar.


Seluruh kehidupan Atlantis merupakan himpunan keharmonisan yang tak terikat secara universal bagi tumbuh-tumbuhan, mineral, hewan dan sayur-mayur. Setiap orang merupakan partikel bagiannya, setiap orang tahu, bahwa pengabdian mereka sangat dibutuhkan. Di Atlantis tidak ada sistem keuangan, hanya ada aktivitas perdagangan. Kami tidak pernah membawa dompet atau kunci dan sejenisnya. Jarang ada keserakahan atau kedengkian, yang ada hanya kebulatan tekad.


Teknologi yang Tinggi

Di Atlantis ada sarana terbang yang modelnya mirip “piring terbang” (UFO), mereka menggunakan medan magnet mengendalikan energi perputaran dan pendaratan, sarana hubungan jenis ini biasa digunakan untuk perjalanan jarak jauh. Perjalanan jarak pendek hanya menggunakan katrol yang dapat ditumpangi dua orang. Ia mempunyai sebuah mesin yang mirip seperti kapal hidrofoil, prinsip kerja sama dengan alat terbang, juga menggunakan medan energi magnet. Yang lainnya seperti makanan, komoditi rumah tangga atau barang-barang yang berukuran besar, diangkut dengan cara yang sama menggunakan alat angkut besar yang disebut “Subbers.”

Atlantis adalah sebuah peradaban yang sangat besar, kami berkomunikasi menggunakan kapal untuk menyiarkan berita ke berbagai daerah. Sebagian besar informasi diterima oleh “orang pintar” melalui respons batin, mereka memiliki kemampuan menerima dengan cara yang istimewa, ini mirip dengan stasiun satelit penerima, dan sangat akurat. Maka, pekerjaan mereka adalah duduk dan menerima informasi yang disalurkan dari tempat lain. Sebenarnya, dalam pekerjaan, cara saya mengoperasikan kristal besar, juga dikerjakan melalui hati.


Pengobatan yang Maju

Dalam peradaban ini, tidak ada penyakit yang parah. Metode pengobatan yang digunakan, semuanya menggunakan kristal, warna, musik, wewangian dan paduan ramuan, dengan mengembangkan efektivitas pengobatan secara keseluruhan.

Pusat pengobatan adalah sebuah tempat yang banyak kamarnya. Saat penderita masuk, sebuah warna akan dicatat di tembok. Lalu pasien diarahkan ke sebuah kamar khusus untuk menentukan pengobatan. Di kamar pertama, asisten yang terlatih baik dan berpengetahuan luas tentang pengobatan akan mendeteksi frekwensi getaran pada tubuh pasien. Informasi dialihkan ke kamar lainnya. Di kamar tersebut, sang pasien akan berbaring di atas granit yang datar, sedangkan asisten lainnya akan mengatur rancangan pengobatan yang sesuai untuk pasien.

Setelah itu, kamar akan dipenuhi musik terapi, kristal khusus akan diletakkan di pasien. Seluruh kamar penuh dengan wewangian yang lembut, terakhir akan tampak sebuah warna. Selanjutnya, pasien diminta merenung, agar energi pengobatan meresap ke dalam tubuh. Dengan demikian, semua indera yang ada akan sehat kembali, “warna” menyembuhkan indera penglihatan, “aroma tumbuh-tumbuhan” menyembuhkan indera penciuman, “musik yang merdu” menyembuhkan indera pendengaran, dan terakhir, “air murni” menyembuhkan indera perasa. Saat meditasi selesai, harus minum air dari tabung. Energinya sangat besar, bagaikan seberkas sinar, menyinari tubuh dari atas hingga ke bawah. Seluruh tubuh bagai telah terpenuhi. Teknik pengobatan selalu berkaitan dengan “medan magnet” dan “energi matahari” , sekaligus merupakan pengobatan secara fisik dan kejiwaan.


Pendidikan Anak yang Ketat

Saat bayi masih dalam kandungan, sudah diberikan suara, musik serta bimbingan kecerdasan pada zaman itu. Semasa dalam kandungan, “orang pintar” akan memberikan pengarahan kepada orang tua sang calon anak. Sejak sang bayi lahir, orang tua merawat dan mendidiknya di rumah, menyayangi dan mencintai anak mereka. Di siang hari, anak-anak akan dititipkan di tempat penitipan anak, mendengar musik di sana, melihat getaran warna dan cerita-cerita yang berhubungan dengan cara berpikiran positif dan kisah bertema filosofis.
Pusat pendidikan anak, terdapat di setiap tempat. Anak-anak dididik untuk menjadi makhluk hidup yang memiliki inteligensi sempurna. Belajar membuka pikiran, agar jasmani dan rohani mereka bisa bekerja sama. Di tahap perkembangan anak, orang pintar memegang peranan yang sangat besar, pendidik mempunyai posisi terhormat dalam masyarakat Atlantis, biasanya baru bisa diperoleh ketika usia mencapai 60-120 tahun, tergantung pertumbuhan inteligensi. Dan merupakan tugas yang didambakan setiap orang.

Di seluruh wilayah, setiap orang menerima pendidikan sejak usia 3 tahun. Mereka menerima pendidikan di dalam gedung bertingkat. Di depan gedung sekolah terdapat lambang pelangi, pelangi adalah lambang pusat bimbingan. Pelajaran utamanya adalah mendengar dan melihat. Sang murid santai berbaring atau duduk, sehingga ruas tulang belakang tidak mengalami tekanan. Metode lainnya adalah merenung, mata ditutup dengan perisai mata, dalam perisai mata ditayangkan berbagai macam warna. Pada kondisi merenung, metode visualisasi seperti ini sangat efektif. Bersamaan itu juga diberi pita kaset bawah sadar. Saat tubuh dan otak dalam keadaan rileks, pengetahuan mengalir masuk ke bagian memori otak besar. Ini merupakan salah satu metode belajar yang paling efektif, sebab ia telah menutup semua jalur informasi yang dapat mengalihkan perhatian. “Orang pintar” membimbing si murid, tergantung tingkat kemampuan menyerap sang anak, dan memudahkan melihat bakat tertentu yang dimilikinya. Dengan begini, setiap anak memiliki kesempatan yang sama mengembangkan potensinya.

Pemikiran maju yang positif dan frekwensi getaran merupakan kunci utama dalam masa belajar dan meningkatkan/mendorong wawasan sanubari terbuka. Semakin tinggi tingkat frekwensi getaran pada otak, maka frekwensi getaran pada jiwa semakin tinggi. Semakin positif kesadaran inheren, maka semakin mencerminkan kesadaran ekstrinsik maupun kesadaran terpendam. Ketika keduanya serasi, akan membuka wawasan dunia yang positif: Jika keduanya tidak serasi, maka orang akan hanyut pada keserakahan dan kekuasaan. Bagi orang Atlantis, mengendalikan daya pikir orang lain adalah cara hidup yang tak beradab, dan ini tidak dibenarkan.

Dalam buku sejarah kami, kami pernah merasa tidak aman dan tenang. Karakter leluhur kami yang tak beradab masih saja mempengaruhi masyarakat kami waktu itu. Misalnya, memilih binatang untuk percobaan. Namun, kaidah inteligensi dengan keras melarang mencampuri kehidupan orang lain. Meskipun kita tahu ada risikonya, namun kita tidak boleh memaksa atau menghukum orang lain, sebab setiap orang harus bertanggung jawab atas perkembangan sanubarinya sendiri. Pada masyarakat itu, rasa tidak aman adalah demi untuk mendapatkan keamanan. Filsafat seperti ini sangat baik, dan sangat dihormati orang-orang ketika itu, ia adalah pelindung kami.


Kiamat yang Melanda Atlantis

Saya tidak bersuami. Pada waktu itu, orang-orang tidak ada ikatan perkawinan. Jika Anda bermaksud mengikat seseorang, maka akan melaksanakan sebuah upacara pengikatan. Pengikatan tersebut sama sekali tidak ada efek hukum atau kekuatan yang mengikat, hanya berdasarkan pada perasaan hati. Kehidupan seks orang Atlantis sangat dinamis untuk mempertahankan kesehatan. Saya memutuskan hidup bersamanya berdasarkan kesan akan seks, inteligensi dan daya tarik. Di masa itu, seks merupakan sebuah bagian penting dalam kehidupan, seks sama pentingnya dengan makan atau tidur. Ini adalah bagian dari “keberadaan hidup secara keseluruhan”, lagi pula tubuh kami secara fisik tidak menampakkan usia kami, umumnya kami dapat hidup hingga berusia 200 tahun lamanya.

Ada juga yang orang berhubungan seks dengan hewan, atau dengan setengah manusia separuh hewan, misalnya, tubuh seekor kuda yang berkepala manusia. Di saat itu, orang Atlantis dapat mengadakan transplantasi kawin silang, demi keharmonisan manusia dan hewan pada alam, namun sebagian orang melupakan hal ini, titik tolak tujuan mereka adalah seks. Orang yang sadar mengetahui bahwa ini akan mengakibatkan ketidakseimbangan pada masyarakat kami, orang-orang sangat cemas dan takut terhadap hal ini, tetapi tidak ada tindakan preventif. Ini sangat besar hubungannya dengan keyakinan kami, manusia memiliki kebebasan untuk memilih, dan seseorang tidak boleh mengganggu pertumbuhan inteligensi orang lain. Orang yang memilih hewan sebagai lawan main, biasanya kehilangan keseimbangan pada jiwanya, dan dianggap tidak matang.


Teknologi Maju yang Lalim

Pada masa kehidupan saya, kami tahu Atlantis telah sampai di pengujung ajal. Di antara kami ada sebagian orang yang tahu akan hal ini, namun, adalah sebagian besar orang sengaja mengabaikannya, atau tidak tertarik terhadap hal ini. Unsur materiil telah kehilangan keseimbangan. Teknologi sangat maju. Misalnya, polusi udara dimurnikan, suhu udara disesuaikan. Majunya teknologi, hingga kami mulai mengubah komposisi udara dan air. Terakhir ini menyebabkan kehancuran Atlantis.

Empat unsur pokok yakni: angin, air, api, dan tanah adalah yang paling fundamental dari galaksi dan bumi kami ini, basis materiil yang paling stabil. Mencoba menyatukan atau mengubah unsur pokok ini telah melanggar hukum alam. Ilmuwan bekerja dan hidup di bagian barat Atlantis, mereka “mengalah” pada keserakahan, demi kekuasaan dan kehormatan pribadi bermaksud “mengendalikan” 4 unsur pokok. Kini alam tahu, hal ini telah mengakibatkan kehancuran total. Mereka mengira dirinya di atas orang lain, mereka berkhayal sebagai tokoh Tuhan, ingin mengendalikan unsur pokok dasar pada bintang tersebut.


Menjelang Hari Kiamat

Ramalan “kiamat” pernah beredar secara luas, namun hanya orang yang pintar dan yang mengikuti jalan spritual yang tahu penyebabnya. Akhir dari peradaban kami hanya disebabkan oleh segelintir manusia! Ramalan mengatakan: “Bumi akan naik, Daratan baru akan muncul, semua orang mulai berjuang lagi. Hanya segelintir orang bernasib mujur akan hidup, mereka akan menyebar ke segala penjuru di daratan baru, dan kisah Atlantis akan turun-temurun, kami akan kembali ke masa lalu”. Menarik pelajaran, Lumba-lumba pernah memberitahu kami hari “kiamat” akan tiba, kami tahu saat-saat tersebut semakin dekat, sebab telah dua pekan tidak bertemu lumba-lumba. Mereka memberitahu saat kami akan pergi ke sebuah tempat yang tenang, dan menjaga bola kristal, lumba-lumba memberitahu kami dapat pergi dengan aman ke barat.

Banyak orang meninggalkan Atlantis mencari daratan baru. Sebagian pergi sampai ke Mesir, ada juga menjelang “kiamat” meninggalkan Atlantis dengan kapal perahu, ke daratan baru yang tidak terdapat di peta. Daratan-daratan ini bukan merupakan bagian dari peradaban kami, oleh karena itu tidak dalam perlindungan kami. Banyak yang merasa kecewa dan meninggalkan kami, aktif mencari lingkungan yang maju dan aman. Oleh karenanya, Atlantis nyaris tidak ada pendatang. Namun, setelah perjalanan segelintir orang hingga ke daratan yang “aneh”, mereka kembali dengan selamat. Dan keadaan negerinya paling tidak telah memberi tahu kami pengetahuan tentang kehidupan di luar Atlantis.

Saya memilih tetap tinggal, memastikan kristal energi tidak mengalami kerusakan apa pun, hingga akhir. Kristal selalu menyuplai energi ke kota. Saat beberapa pekan terakhir, kristal ditutup oleh pelindung transparan yang dibuat dari bahan khusus. Mungkin suatu saat nanti, ia akan ditemukan, dan digunakan sekali lagi untuk maksud baik. Saat kristal ditemukan, ia akan membuktikan peradaban Atlantis, sekaligus menyingkap misteri lain yang tak terungkap selama beberapa abad.


Saya masih tetap ingat hari yang terpanjang, hari terakhir, detik terakhir, bumi kandas, gempa bumi, letusan gunung berapi, bencana kebakaran. Lempeng bumi saling bertabrakan dengan keras. Bumi sedang mengalami kehancuran, orang-orang di dalam atap lengkung bangunan kristal bersikap menyambut saat kedatangannya. Jiwa saya sangat tenang. Sebuah gedung berguncang keras. Saya ditarik seseorang ke atas tembok, kami saling berpelukan. Saya berharap bisa segera mati. Di langit asap tebal bergulung-gulung, saya melihat lahar bumi menyembur, kobaran api merah mewarnai langit.

Ruang dalam rumah penuh dengan asap, kami sangat sesak. Lalu saya pingsan, selanjutnya, saya ingat roh saya terbang ke arah terang. Saya memandang ke bawah dan terlihat daratan sedang tenggelam. Air laut bergelora, menelan segalanya. Orang-orang lari ke segala penjuru, jika tidak ditelan air dahsyat pasti jatuh ke dalam kawah api. Saya mendengar dengan jelas suara jeritan. Bumi seperti sebuah cerek air raksasa yang mendidih, bagai seekor binatang buas yang kelaparan, menggigit dan menelan semua buruannya. Air laut telah menenggelamkan daratan.



Sumber Kehancuran

Lewat ingatan Inggrid Benette, diketahui tingkat perkembangan teknologi bangsa Atlantis, berbeda sekali dengan peradaban kita sekarang, bahkan pengalamannya akan materiil berbeda dengan ilmu pengetahuan modern, sebaliknya mirip dengan ilmu pengetahuan Tiongkok kuno, berkembang dengan cara yang lain. Peradaban seperti ini jauh melampaui peradaban sekarang. Mendengarnya saja seperti membaca novel fiktif. Bandingkan dengan masa kini, kemampuan jiwa bangsa Atlantis sangat diperhatikan, bahkan mempunyai kemampuan supernormal, mampu berkomunikasi dengan hewan, yang diperhatikan orang sekarang adalah pintar dan berbakat, dicekoki berbagai pengetahuan, namun mengabaikan kekuatan dalam.

Bangsa Atlantis mementingkan “inteligensi jiwa” dan “tubuh” untuk mengembangkan seluruh potensi terpendam pada tubuh manusia, hal ini membuat peradaban mereka bisa berkembang pesat dalam jangka panjang dan penyebab utama tidak menimbulkan gejala ketidakseimbangan. Mengenai punahnya peradaban Atlantis, layak direnungkan orang sekarang. Plato menggambarkan kehancuran Atlantis dalam dialognya sebagai berikut:
“Hukum yang diterapkan Dewa Laut membuat rakyat Atlantis hidup bahagia, keadilan Dewa Laut mendapat penghormatan tinggi dari seluruh dunia, peraturan hukum diukir di sebuah tiang tembaga oleh raja-raja masa sebelumnya, tiang tembaga diletakkan di tengah di dalam pulau kuil Dewa Laut. Namun masyarakat Atlantis mulai bejat, mereka yang pernah memuja dewa palsu menjadi serakah, maunya hidup enak dan menolak kerja dengan hidup berfoya-foya dan serba mewah.”

Plato yang acap kali sedih terhadap sifat manusia mengatakan:
“Pikiran sekilas yang suci murni perlahan kehilangan warnanya, dan diselimuti oleh gelora nafsu iblis, maka orang-orang Atlantis yang layak menikmati keberuntungan besar itu mulai melakukan perbuatan tak senonoh, orang yang arif dapat melihat akhlak bangsa Atlantis yang makin hari makin merosot, kebajikan mereka yang alamiah perlahan-lahan hilang, tapi orang-orang awam yang buta itu malah dirasuki nafsu, tak dapat membedakan benar atau salah, masih tetap gembira, dikiranya semua atas karunia Tuhan.”

Hancurnya peradaban disebabkan oleh segelintir manusia, banyak yang tahu sebabnya, akan tetapi sebagian besar orang mengabaikannya, maka timbul kelongsoran besar, dalam akhlak dan tidak dapat tertolong. Maka, sejumlah kecil orang berbuat kesalahan tidak begitu menakutkan, yang menakutkan adalah ketika sebagian besar orang “mengabaikan kesalahan”, hingga “membiarkan perubahan” selanjutnya diam-diam “menyetujui kejahatan”, tidak dapat membedakan benar dan salah, kabar terhadap kesalahan mengakibatkan kesenjangan sifat manusia, moral masyarakat merosot dahsyat, mendorong peradaban ke jalan buntu.

Kita sebagai orang modern, dapatlah menjadikan sejarah sebagai cermin pelajaran, merenungi kembali ilmu yang kita kembangkan, yang mengenal kehidupan hanya berdasarkan pengenalan yang objektif terhadap dunia materi yang nyata, dan mengabaikan hakikat kehidupan dalam jiwa. Makna kehidupan sejati, berangsur menjadi bisnis memenuhi nafsu materiil, seperti ilmuwan Atlantis, segelintir orang tunduk pada keserakahan, tidak mempertahankan kebenaran, demi kekuasaan dan kemuliaan, mengembangkan teknologi yang salah, merusak lingkungan hidup. Apakah kita sedang berbuat kesalahan yang sama?


Manusia Jawa Adalah Nenek Moyangnya Manusia Modern

Penggalian Manusia Purba

Darimanakah manusia berasal…?? Suku Maori (suku asli Selandia Baru) menganggap dahulu langit dan bumi menyatu. Semesta diselimuti gelap gulita. Manusia adalah hasil dari pemisahan langit dan bumi karena ulah putra bumi dan langit yang menginginkan cahaya dan mengerahkan kekuatannya untuk memisahkan ayah dan ibunya. Sehingga manusia yang tadinya berada di dalam kegelapan mulai terlihat. Sementara dalam dongeng Jerman, dewa langit dan dewa lainnya suatu hari sedang berjalan-jalan di tepi pantai. Pada suatu gundukan pasir mereka melihat dua buah pohon dan merubahnya menjadi manusia.


Lalu ketika zaman berganti, muncul pula Darwin dengan teori evolusi yang mengatakan manusia berasal dari kera. Teori ini perlahan mulai diterima manusia. Banyak orang berpendapat manusia adalah hasil dari suatu perubahan genetik selama berjuta-juta tahun dari suatu sosok makhluk hidup yang bernama kera.

Namun sama halnya dengan dongeng-dongeng yang diceritakan pada awal kisah tadi, orang-orang mulai bertanya, darimanakah atau dimanakah tepatnya awal dari proses evolusi itu terjadi…?


Manusia dari Eropa..?


Pilot Chesley

Di abad-abad terakhir ini, orang beranggapan, benua Eropa adalah tempat berasalnya manusia. Hal ini bukannya tidak beralasan. Di eropa bagian barat banyak ditemui tempat-tempat peninggalan prasejarah. Di kurun waktu 1823 hingga 1925 ada sekitar 116 peristiwa penemuan tulang belulang manusia purba. Di antaranya ada ditemukan tulang kera yang berubah menuju bentuk manusia. Namun tetap aja, itu tulang-tulang kera. Sementara sisa-sisa zaman batu (telah melewati masa evolusi), kurang lebih ada 236 peristiwa penemuan di seluruh Eropa.

Lalu di Prancis pada tahun 1856, ditemukan fosil manusia kera. Fosil itu dianggap sebagai fosil terlama yang ditemukan di masa itu. Maklumlah, saat itu riset yang dilakukan di Asia dan Afrika belum memberikan hasil yang maksimal. Jadi, bisa disimpulkan, Eropa lah tempat awal terjadinya proses evolusi itu. Apalagi para ilmuwan di Eropa saat itu tampaknya lebih memilih tempat tinggalnya sebagai tempat asal muasal manusia dan mengenyampingkan kemungkinan-kemungkinan geografis benua lain yang mungkin lebih unggul seperti Asia dan Afrika.

Eugene Dubois

Eugene Dubois

Namun pada akhir abad 19, seorang berkebangsaan Belanda bernama Eugene Dubois (1858-1940), berhasil menghadirkan penemuan yang luarbiasa di sini, di Indonesia. Eugene dan penemuannya adalah orang yang pertamakali menentang teori manusia pertama berasal dari Eropa.

Eugene Dubois adalah seorang dokter penganut setia teori evolusi milik Darwin. Dokter muda ini memiliki semangat luarbiasa hingga mampu menutupi (lebih tepatnya menemukan) kekosongan proses evolusi antara kera ke manusia. Ia percaya di Asia pasti ditemukan fosil yang lebih tua dari eropa.

Pada tahun 1887 dengan hati yang menggebu-gebu dokter Belanda ini datang ke pulau Jawa. Eugene bekerja pada sebuah rumah sakit. Pada waktu senggang ia tak segan-segan merogoh koceknya untuk menyewa 50 orang tahanan pribumi dan bersama-sama berjalan menyusuri tepi kiri dan kanan Bengawan Solo sambil meneliti lokasi potensial yang mungkin menyimpan tulang belulang manusia purba.

Siapa menyangka, pekerjaan yang nyaris tak mungkin itu membuahkan hasil. Dokter muda yang basicnya bukan seorang arkeolog ini, mendapatkan hasil yang menggemparkan dunia. Suatu hari di tahun 1890 di suatu lokasi di sekitar Bengawan Solo (daerah Sangiran), Eugene dan teman-temannya menemukan sepotong kerangka rahang atau geraham manusia purbakala.

Kemudian setahun berikutnya (1891) di kampung Trinil-Solo, mereka kembali menemukan batok kepala atau tengkorak manusia purbakala yang mencirikan kera. Selanjutnya di tahun 1892, kelompok Eugene menemukan tulang kaki manusia purba yang mirip kaki manusia modern. Dari bentuk tulang kaki itu, bisa disimpulkan pemilik tulang tersebut sudah bisa berjalan dengan kedua kakinya.

Setelah penemuan-penemuan itu Eugene mengambil kesimpulan, tengkorak atau batok kepala dan kaki itu adalah milik satu orang yang sama. Dan orang itu adalah nenek moyang dari manusia yang ada sekarang. Dengan kata lain, tulang belulang dari pertengahan mata rantai teori evolusi milik Darwin.

Pada tahun 1894 Eugene Dubois membuat semacam makalah yang berisi laporan hasil penelitiannya. Ia menamakan fosil itu sebagai “manusia kera yang berdiri” atau manusia Jawa. Belakangan, dunia arkeolog menyebutnya dengan Pithecanthropus Erectus. Setelah penemuan itu dipublikasikan, timbullah pertentangan yang hebat di kalangan para ilmuwan di masa itu. Teori manusia berasal dari daratan Eropa yang selama ini membuai para ilmuwan, seakan terbantah oleh penemuan yang luarbiasa dari Eugene Dubois.

Para ilmuwan yang mendukung teori manusia dari Eropa dibuat gelisah dan tak bisa duduk dengan tenang. Mereka pun menyatakan tidak percaya dengan penemuan Eugene dan mencurigainya. Beberapa di antara para ilmuwan malah berasumsi bahwa fosil yang ditemukan Eugene di Indonesia adalah sepotong tulang dari kera atau hewan sejenis. Sedangkan yang lainnya menganggap fosil itu adalah tulang belulang manusia cacat. Sayangnya, selain manusia Jawa temuan Eugene, tidak ada penemuan lain di benua Asia maupun benua Afrika. Akibatnya, di tengah kerasnya bantahan para ilmuwan Eropa, laporan Eugene lenyap. Sehingga teori yang dilontarkan Eugene hilang selama kurang lebih 30 tahun lebih.

Namun ternyata waktu juga yang berhasil menghalau kabut yang menutupi kebenaran teori Eugene. Seiring memasuki abad 20, makin banyak terjadi penemuan fosil manusia purba di sekitar kawasan tempat Eugene Dubois melakukan penggalian. Akhirnya, teori yang menyatakan manusia berasal dari Eropa, hanya tinggal cerita dongeng saja. Manusia Jawa yang diperkirakan hidup antara 700.000 hingga 1.200.000 tahun lalu, akhirnya diakui sebagai penemuan manusia purba yang berusia paling tua. Jerih payah Eugene Dubois dinilai sangat bermanfaat bagi perkembangan ilmu Arkeologi. Namanya serta penemuannya yang spektakuler, dicantumkan dalam buku sejarah.

Mungkin dalam dunia scient, orang beranggapan Afrika adalah daratan yang tertua. Namun penemuan Eugene dan teman-temannya di Indonesia, layak dihormati. Lagipula, belum ada penemuan sekaliber Eugene Dubois di Afrika hingga saat ini.

(berbagai sumber)





Sangiran, Gudang Fosil Purbakala Kelas Dunia

 

Sangiran, Surga Arkeologi

Sangiran adalah situs warisan dunia. Tidak ada yang dapat menyangkal hal itu. Di mata orang awam, Sangiran memang tidak sekondang Borobudur. Sebab utamanya berpulang ke daya tarik visual. Orang yang Borobudur sudah memenuhi benaknya dengan bayangan hal-hal aneh, megah atau menakjubkan. Sesampai di tujuan yang mereka lihat mungkin berbeda namun tidak berselisih jauh dari bayangan.

Calon pengunjung Sangiran dengan isi kepala serupa pasti akan kecewa. Peminat kepurbakalaan (utamanya pelajar-mahasiswa) pun kerap melihat situs yang namanya perkasa di peta evolusi ini ‘lebih ramai cerita ketimbang pentasnya’. Namun, tak dapat dipungkiri, tempat ini adalah gudangnya fosil purbakala sejak penemuan Eugene Dubois. Temuan fosil di situs Sangiran memiliki arti signifikan dalam perkembangan ilmu pengetahuan.

Tapi jangan lupa, khususnya bagi Indonesia, ilmu yang membahas fosil-fosil itu kurang populer. Untuk mudahnya, bukan ilmu yang bisa (langsung) menghasilkan uang. Mayoritas dari kita, diakui atau tidak, bersekolah untuk mendapat pekerjaan, demi mengasapi dapur dan syukur-syukur bisa mengubah nasib. Bidang studi yang dijubeli calon mahasiswa hingga hari ini belum bergeser dari teknik, kedokteran, ekonomi dan hukum. Akibatnya apresiasi bagi situs Sangiran hanya sekadarnya.

Sangiran terletak 20-an km di utara Solo. Cara termudah untuk mengunjungi museum Sangiran adalah dengan naik sepeda motor. Bila memakai angkutan umum, dari terminal Tirtonadi, Solo, orang bisa naik bis jurusan Purwodadi (bis besar) atau Gemolong (bis 3/4). Bilang pada awak bis untuk turun di Kalijambe, di pertigaan ke Sangiran. Dari pertigaan ke museum dengan ojek.

Museum Sangiran dilengkapi dengan gedung pertunjukkan. Bila kuota peminat tercukupi, VCD “The Foot Print of Fore Fathers” akan diputar. Tayangan berdurasi 20 menit itu padat informasi. Pembentukan kubah Sangiran karena aktivitas Gunung Lawu purba, pelapukan karena hujan, terkelupasnya lapisan tanah, tereksposnya fosil, muncul berturut-turut di layar.

Di bagian kedua ada episode keluarga Pithecanthropus memburu Stegodon Trigonochepalus (gajah purba berkepala bentuk segitiga). Antara nonton VCD dan kunjungan ke museum mestinya satu paket. Urutannya pun tak boleh di balik. Menikmati VCD di sini untuk mengasah apresiasi. Setelah itu, sembari mengamati fosil-fosil di balik etalase, imajinasi akan lebih hidup(Harian : Global)  


Nusantara, Pusat Peradaban Dunia


Oleh I Nyoman Winata

Nenek moyang bangsa Nusantara, khususnya Pulau Jawa adalah pencipta kebudayaan dunia. Leluhur bangsa Nusantara (Indonesia) merupakan manusia-mansuia tangguh dan cerdas, pencipta peradaban dunia. Bahkan jauh sebelum tahun masehi, kerajaan nusantara adalah penguasa duapertiga wilayah bumi. India dulu hanyalah salah satu kadipaten dari kerajaan yang berpusat di pulau Jawa. Sumber dari peradaban dunia bisa dikatakan semuanya bermula dari Nusantara.

Semuanya memberikan kita gambaran bahwa nenek moyang bangsa Indonesia bukan orang-orang terbelakang. Kalau kemudian sejarah dunia saat ini tidak memposisikan peradaban nusantara sebagai sumber dari peradaban dunia, maka itu tidak lebih bagian dari kerja-kerja ilmuwan dari belahan dunia barat yang ingin mengingkari realitas.

Saya terkejut mendengar penjelasan ini dari seorang teman baru ketika saya usai mengikuti sebuah acara beberapa waktu lalu di Semarang. Teman ini orang Semarang, tetapi kini merasa lebih enjoy bermukim di Jogja. Raut wajahnya nampak serius menceritakan semuanya kepada saya yang menunjukkan ia sungguh-sungguh.

Bahkan teman saya ini punya komunitas yang sedang berusaha mengungkap kebesaran peradaban Nusantara. Jejak arkeologi sedang terus digali untuk memberi gambaran tentang kemahaagungan nenek moyang kita. “Tunggu saja, kami akan buktikan nanti. Tetapi ini bukan pekerjaan mudah untuk membuat dunia percaya karena sudah lama dicekoki sejarah yang dibuat ilmuan barat,” katanya yakin.

Banyak yang teman baru saya ini diceritakan kepada saya. Misalnya tentang cerita Mahabrata adalah cerita nyata yang sesungguhnya terjadi di Nusantara. Kerajaan Astina itu adalah kerajaan di Nusantara. Ini berarti tokoh-tokohnya yakni para Pandawa dan Kurawa bukanlah orang Hindustan di Tanah India, melainkan orang-orang Jawa!!

Keterlibatan kerajaan-kerajaan lainnya dalam perang Berathayudha adalah kerajaan-kerajaan kecil yang berada dibelahan dunia lainnya. Ini menegaskan bagaimana Kerajaan Nusantara adalah sebuah wilayah dengan kekuatan dan kekuasaan politik yang sangat besar karena bisa menyeret kerajaan lainnya untuk berperang.

Kehebatan nenek moyang kita juga ditunjukkan dengan keberadaan Candi Borobudur. Candi ini, kata teman ini, sudah ada jauh sebelum tahun masehi dikenal. Jadi anggapan ilmuwan yang menyatakan bahwa candi ini dibangun pada abad ke-8 masehi tidaklah benar.

Patung di dalam candi borobudur juga bukan Patung Budha melainkan patung Raja Saylendra yang kebetulan mencapai tahap perjalanan Bathin mirip dengan yang dialami Sidhartha Gautama. Diceritakan bahwa Raja Saylendra membuat Candi Borobudur setelah mencapai perjalanan sampai nirwana. Salah satu yang diingat Saylendra adalah suara musik di alam nirwana yang begitu melekat dipikirannya. Lalu Saylendra berusaha menemukan/mencipatakan alat yang bisa mengeluarkan suara seperti yang diingatnya. Dari pencarian ini dicipatakanlah gambelan yang dijawa dikenal dengan gambelan laras selendro.

Jadi nenek moyang bangsa Indonesia adalah mereka-mereka yang menjadi pencetus peradaban dunia. Nusantara adalah pusat dari peradaban dan asal muasal dari semua peradaban di planet bumi ini. Benar atau tidak, percaya atau tidak, kembali kepada diri kita. Anggaplah semua cerita kawan ini benar, maka sangat pantas bagi kita untuk bangga kemudian menguatkan rasa percaya diri kita bahwa kita adalah manusia-manusia unggul. Kalau kemudian kita menjadi terpuruk seperti saat ini, maka itu semua karena ulah kita yang melupakan asal-usul kita. Siapa sesungguhnya kita dan darimana kita berasal.

Sumber: www.balebengong.net
 
 

Nenek Moyang Orang Asia Asalnya dari Nusantara/Asia Tenggara

Ilmuwan se-Asia berhasil berhasil melakukan pemetaan keragaman genetik di Asia. Dugaan selama ini nenek moyang orang Asia dari China ternyata terbalik. Yang benar nenek moyang orang China yang berasal dari Asia Tenggara.

Studi ini juga semakin memperkuat penemuan sebelumnya bahwa nenek moyang semua manusia berasal dari Afrika, artinya Adam sebagai manusia pertama di dunia berasal dari Afrika.

Untuk pertama kalinya, lebih dari 90 ilmuwan dari konsorsium Pan-Asian SNP dinaungi oleh Human Genome Organisation (HUGO) melakukan studi terhadap 73 populasi Asia Tenggara dan Asia Timur untuk mempelajari pola migrasi dalam sejarah manusia dan hubungan antara genetik dan penyakit.

Studi yang dipublikasikan dalam majalah Science 10 Desember 2009 ini menunjukkan bahwa akar genetik manusia berhubungan sangat erat dengan kelompok etnik dan kelompok bahasa.

Studi ini juga menjelaskan bahwa di masa lalu terdapat satu jalur utama migrasi manusia ke Asia, yaitu melalui Asia Tenggara, bukan jalur migrasi majemuk melalui jalur utara dan selatan, sebagaimana banyak dikemukakan sebelumnya.

"Hal ini berarti nenek moyangnya orang China adalah orang Asia Tenggara, bukan sebaliknya," kata Prof Sangkot Marzuki, direktur lembaga Eijkman yang juga penggagas studi ini, dalam acara seminar 'Mapping Human Genetic Diversity in Asia' di gedung Lembaga Biologi Molekul Eijkman, Jakarta, Jumat (11/12/2009).

Selain itu fakta terbaru menunjukkan bahwa semua gen yang ada pada manusia sekarang ternyata berasal dari Afrika. "Semua yang hidup sekarang setelah dites DNA-nya ternyata merujuk pada persamaan DNA orang Afrika," jelas Prof Sangkot.

Peneliti dari 10 negara di Asia berkumpul untuk memahami bagaimana manusia terhubung satu sama lain dan hasilnya bisa dijadikan acuan untuk menangani berbagai masalah yang berhubungan dengan penyebaran genetik manusia.

"Untuk Indonesia, sebuah kepulauan dengan lebih dari 500 populasi etnik, data semacam ini sangat penting dalam pendekatan kesehatan masyarakat dan distribusi penyakit," ujar Prof Sangkot.

Aplikasi untuk kesehatan antara lain memudahkan untuk mengambil sampel data sebuah penyakit karena distribusi penyakit ternyata berkembang seiring dengan migrasi penduduk, jadi penyakit lebih mirip-mirip di suatu daerah.

"Jadi ngambil sampel nggak perlu banyak-banyak karena rata-rata gennya sama," kata Prof Sangkot.

Selain itu, data yang dihasilkan ini juga diperlukan untuk pencarian gen yang terkait dengan penyakit. "Misalnya mencari gen orang yang terkena avian influenza karena pada dasarnya manusia itu tahan flu burung. Justru kalau kena berarti ada kelainan genetik," tutur Prof Sangkot.

Studi ini juga berguna untuk menentukan jenis obat berdasarkan genetiknya, karena tidak semua obat cocok untuk gen yang berbeda.

Manusia Pertama ada di Indonesia

Manusia Pertama ada di Indonesia –Catatan dari ‘Eden In The East, The Drowned Continent’ karya Stephen Oppenheimer

Para ahli sejarah umumnya berpendapat bahwa Asia Tenggara adalah kawasan ‘pinggir’ dalam sejarah peradaban manusia. Dengan kata lain, peradaban Asia Tenggara bisa maju dan berkembang karena imbas-imbas migrasi, perdagangan, dan efek-efek yang disebabkan peradaban lain yang digolongkan lebih maju seperti Cina, India, Mesir, dan lainnya. Buku Eden In The East yang ditulis Oppenheimer seolah mencoba menjungkirbalikkan pendapat meinstream tersebut.

Oppenheimer mengemukakan pendapat bahwa justru peradaban-peradaban maju di dunia merupakan buah karya manusia yang pada mulanya menghuni kawasan yang kini menjadi Indonesia. Oppenheimer tidak main-main dalam mengemukakan pendapat ini. Hipotesisnya disandarkan kepada sejumlah kajian geologi, genetik, linguistik, etnografi, serta arkeologi.

Gagasan diaspora manusia dari kawasan Asia Tenggara dicoba untuk direkonstruksi dari peristiwa di akhir zaman es (Last Glacial Maximum) pada sekitar 20.000 tahun yang lalu. Pada saat itu, permukaan laut berada pada ketinggian 150 meter di bawah permukaan laut di zaman sekarang. Kepulauan Indonesia bagian barat, masih menyatu dengan benua Asia sebagai sebuah kawasan daratan maha luas yang disebut Paparan Sunda.

Ketika perlahan-lahan suhu bumi memanas, es di kedua kutub bumi mencair dan menyebabkan naiknya permukaan air laut, sehingga timbul banjir besar. Penelitian oseanografi menunjukan bahwa di Bumi ini pernah tiga kali terjadi banjir besar pada 14.000, 11.000, dan 8.000 tahun yang lalu. Banjir yang terakhir adalah peristiwa yang menyebabkan kenaikan permukaan air laut hingga setinggi 8-11 meter dari tinggi permukaan asalnya. Banjir tersebut mengakibatkan tenggelamnya sebagian besar kawasan Paparan Sunda hingga terpisah-pisah menjadi pulau-pulau yang kini kita kenal sebagai Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Bali.

Oppenheimer mengemukakan bahwa saat itu, kawasan Paparan Sunda telah dihuni oleh manusia dalam jumlah besar. Karena itulah, menurutnya, hampir semua kebudayaan dunia memiliki tradisi yang mengisahkan cerita banjir besar yang menenggelamkan sebuah daratan. Kisah-kisah semacam banjir Nabi Nuh as, olehnya dianggap sebagai salah satu bentuk transfer informasi antar generasi manusia tentang peristiwa mahadahsyat tersebut.

Menurut Oppenheimer, setelah terjadinya banjir besar tersebut, menusia mulai menyebar ke belahan bumi lainnya. Oppenheimer menyatakan bahwa hipotesisnya ini disokong oleh rekonstruksi persebaran linguistik terbaru yang dikemukakan Johanna Nichols. Nichols memang mencoba mendekonstruksi persebaran bahasa Austronesia. Sebelumnya, Robert Blust (linguis) dan Peter Bellwood (arkeolog) menyatakan bahwa persebaran bahasa-bahasa Austronesi a berasal dari daratan Asia ke Formosa (Taiwan) dan Cina Selatan (Yunnan) sebelum sampai ke Filipina, Indonesia, kepulauan Pasifik dan Madagaskar. Nichols menyatakan konstruksi yang terbalik di mana bahasa-bahasa Austronesia menyebar dari Indonesia-Malaysia ke kawasan-kawasan lainnya dan menjadi induk dari bahasa-bahasa dunia lainnya.

Oppenheimer berkeyakinan bahwa penduduk Malaysia, Sumatera, Jawa, dan Kalimantan dewasa ini adalah keturunan dari para penghuni Paparan Sunda yang tidak hijrah setelah tenggeamnya sebagian kawasan tersebut. Dengan kata lain, ia hendak mengemukakan bahwa persebaran manusia di dunia berasal dari kawasan ini.

Pendapatnya ia perkuat dengan mengemukakan analisa tentang adanya kesamaan benda-benda neolitik di Sumeria dan Asia Tenggara yang diketahui berusia 7.500 tahun. Kemudian ciri fisik pada patung-patung peninggalan zaman Sumeria yang memiliki tipikal wajah lebar (brachycepalis) ala oriental juga memperkuat hipotesis tersebut.

Oppenhimer juga yakin bahwa tokoh dalam kisah Gilgamesh yang dikisahkan sebagai satu-satunya tokoh yang selamat dari banjir besar adalah karakter yang sama dengan Nabi Nuh as dalam kitab Bible dan Qur’an yang tak lain adalah karakter yang berhasil menyelamatkan diri dari banjir besar yang menenggelamkan paparan Sunda. Legenda Babilonia tua mengisahkan pula kedatangan tujuh cendekiawan dari timur yang membawa keterampilan dan pengtahuan baru. Kisah yang sama terdapat pula di dalam India kuno di Hindukush. Varian legenda semacam ini pun ternyata tersebar di kepulauan Nusantara dan Pasifik.

Oppenheimer lebih lanjut mengemukakan bahwa kisah yang serupa dengan kisah penciptaan Adam dan Hawa serta pertikaian Kain dan Abel (Qabil dan Habil) ternyata dapat ditemukan di kawasan Asia Timur dan Kepulauan Pasifik. Misalnya orang Maori di Selandia Baru, menyebut perempuan pertama dengan nama ‘Eeve’. Kemudian di Papua Nugini, kisah yang serupa dengan Kain dan Abel ada dalam wujud Kullabop dan Manip. Tradisi-tradisi di kawasan ini juga mengemukakan bahwa manusia pertama di buat dari tanah lempung yang berwarna merah.

Atas dasar berbagai hipotesis tersebut pula, Oppenheimer meyakini bahwa Taman Eden yang disebut-sebut dalam Bible ada di Paparan Sunda. Berbicara tentang Hipotesis Oppenheimer ini, saya juga jadi teringat salah satu ayat dalam Kitab Genesis yang dengan jelasmenyebut bahwa Eden ada di Timur. Mungkinkah Taman Eden memang berlokasi di Indonesia? Dan Manusia Pertama pun ditempatkan Tuhan di Indonesia? Wallaahu’alam.

Benarkah Sundaland itu Atlanstis yang Hilang?














Selama lebih dari 2000 tahun, Atlantis yang hilang telah menjadi dongeng. Tetapi sejak abad pertengahan, kisah Atlantis menjadi populer di dunia Barat. Banyak ilmuwan Barat secara diam-diam meyakini kemungkinan keberadaannya. Di antara para ilmuwan itu banyak yang menganggap bahwa Atlantis terletak di Samudra Atlantis, bahkan ada yang menganggap Atlantis terletak di Benua Amerika sampai Timur Tengah. Penelitian pun dilakukan di wilayahwilayah tersebut. Akan tetapi, kebanyakan peneliti itu tidak memberikan bukti atau telaah yang cukup. Sebagian besar dari mereka hanya mengira-ngira. .

Hanya beberapa tempat di bumi yang keadaannya memiliki persayaratan untuk dapat diduga sebagai Atlantis sebagaimana dilukiskan oleh Plato lebih dari 20 abad yang lalu. Akan tetapi Samudera Atlantik tidak termasuk wilayah yang memenuhi persyaratan itu. Para peneliti masa kini malahan menunjuk Sundaland (Indonesia bagian barat hingga ke semenanjung Malaysia dan Thailand) sebagai Benua Atlantis yang hilang dan merupakan awal peradaban manusia . Fenomen Atlantis dan awal peradaban selalu merupakan impian para peneliti di dunia untuk membuktikan dan menjadikannya penemuan ilmiah sepanjang masa. Apakah pandangan geologi memberi petunjuk yang kuat terhadap kemungkinan ditemukannya Atlantis yang hilang. itu? Apabila jawabannya negatif, apakah peluang yang dapat ditangkap dari perdebatan ada tidaknya Atlantis dan kemungkinan lokasinya di wilayah Indonesia?


Sumber: www.atlantis-lemuria-indonesia.blogspot.com

Benua Atlantis yang Hilang itu Ternyata INDONESIA




Misteri Negara Atlantis mulai tersingkap ?

Dari Peradaban awal manusia di Atlantis (Nusantara) ke Plato lalu kembali Indonesia kini.
“Setiap umat mempunyai batas waktu (ajal-nya), makakala ia telah tiba, maka mereka tidak akan bisa mengundurkannya sesaat pun, tidak pula mereka bisa memajukannya.” (QS 7:34)

Bulan-bulan ini bangsa Indonesia diharu-biru oleh berbagai isu, ketegangan konflik dan meningkatnya suhu politik, serta berbagai perilaku aneh para politisi dan kontestan pemilu caleg yang gagal. Ada yang stress, depresi berat, lalu gila. Ada yang ‘mutung’ mengambil kembali barang bantuannya yang sudah diberikannya ketika kampanye tapi gagal menang pileg. Bahkan tidak sedikit yang bunuh diri, dan-atau melakukan pembunuhan.

Fenomena-fenomena aneh dalam praktek kehidupan sosial dan sistem politik bangsa Indonesia saat ini semakin memperlihatkan praktek dan perwujudan cara berfikir (filsafat/pandangan dunia) yang jauh dari realisasi asasi nilai-nilai luhur Panca Sila: “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyaratan-perwakilan”. Jelasnya hampir semua (sebagian besar) perilaku sosial-politik bangsa Indonesia kini didominasi kendali paham pikir keserakahan materialistis. Prinsip falsafah Pancasilais: ”Ketuhanan Yang Maha Esa” dan ”Kemanusiaan yang adil dan beradab” telah tergusur oleh falsafah ”Keuangan yang maha kuasa” dan ”Kebinatangan yang zalim dan biadab”.

Praktek kehidupan sosial-politik dan ekonomi anak bangsa tak lagi terpimpin oleh semangat kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmah-Kebijaksaan. Demokrasi masih menjadi sekedar menjadi alat formal-prosedural pengumpul legitimasi untuk berkuasanya para elite politik-ekonomi. Paling tidak itulah yang dirasakan oleh beberapa pengamat dan tokoh-tokoh yang prihantin dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini.

Lalu apa hubungannya dengan Plato, filosof kelahiran Yunani (Greek philosopher) yang hidup 427-347 Sebelum Masehi (SM)? Plato adalah salah seorang murid Socrates, filosof arif bijaksana, yang kemudian mati diracun oleh penguasa Athena yang zalim pada tahun 399 SM. Setelah kematian gurunya, Plato sering bertualang, termasuk perjalanannya ke Mesir.

Pada tahun 387 SM dia kembali ke Athena dan mendirikan Academy, sebuah sekolah ilmu pengetahuan dan filsafat, yang kemudian menjadi model buat universitas moderen. Murid yang paling terkenal dari Academy tersebut adalah Aristoteles yang ajarannya punya pengaruh yang hebat terhadap filsafat sampai saat ini.
Demi pemeliharaan Academy, banyak karya Plato yang terselamatkan. Kebanyakan karya tulisnya berbentuk surat-surat dan dialog-dialog, yang paling terkenal adalah Republic. Karya tulisnya mencakup subjek yang terentang dari ilmu pengetahuan sampai kepada kebahagiaan, dari politik hingga ilmu alam.
Dua dari dialognya, Timeaus and Critias, memuat satu-satunya referensi orsinil tentang pulau Atlantis (the island of Atlantis).

Plato menyatakan bahwa puluhan ribu tahun lalu terjadi berbagai letusan gunung berapi secara serentak, menimbulkan gempa, pencairan es, dan banjir. Peristiwa itu mengakibatkan sebagian permukaan bumi tenggelam. Bagian itulah yang disebutnya benua yang hilang atau Atlantis.

Penelitian mutakhir yang dilakukan oleh Prof. Dr. Aryso Santos, menegaskan teorinya bahwa Atlantis itu adalah wilayah yang sekarang disebut Indonesia. Setelah melakukan penelitian selama 30 tahun, ia menghasilkan buku Atlantis, The Lost Continent Finally Found, The Definitive Localization of Plato’s Lost Civilization (2005). Santos menampilkan 33 perbandingan ciri-ciri dari 12 lokasi di muka bumi yang diduga para sarjana lain sebagai situs Atlantis, seperti luas wilayahnya, cuacanya, kekayaan alamnya, gunung berapinya, dan cara bertaninya, dll. yang akhirnya Santos menyimpulkan bahwa Atlantis itu adalah Indonesia sekarang. Salah satu buktinya adalah sistem terasisasi sawah yang khas Indonesia, menurutnya, ialah bentuk yang diadopsi oleh Candi Borobudur, Piramida di Mesir, dan bangunan kuno Aztec di Meksiko.

Aryso Santos juga menerapkan analisis filologis (ilmu kebahasaan), antropologis dan arkeologis dalam penelitiannya. Dia banyak mendapatkan petunjuk dari reflief-relief dari bangunan-bangunan dan artefak bersejarah dan piramida di Mesir, kuil-kuil suci peninggalan peradaban Maya dan Aztec di Amerika Selatan, candi-candi dan artefak-artefak bersejarah peninggalan peradaban Hindu di lembah sungai Hindustan (Peradaban Mohenjodaro dan Harrapa). Juga dia mengumpulkan petunjuk-petunjuk dari naskah-naskah kuno, kitab-kita suci berbagai agama seperti the Bible dan kitab suci Hindu Rig Veda, Puranas, dll.


Piramida Aztex di Benua Amerika
http://imagehost.ngobrolaja.com/files/sunshine/southofsac.jpg







Candi Sukuh di Gunung Lawu Jawa Tengah yang mirip dengan Candi Suku Aztex di Amerika:

http://stat.ks.kidsklik.com/files/2010/01/sukuh3.jpg




Konteks Indonesia Secara Geologis dan Geografis

Menurut Prof. Dr. H. Priyatna Abdul Rasyid, Ph.D. Direktur Kehormatan International Institute of Space Law (IISL), Paris-Prancis: bukanlah suatu kebetulan ketika Indonesia pada tahun 1958, atas gagasan Prof. Dr. Mochtar Kusumaatmadja melalui UU No. 4 Perpu tahun 1960, mencetuskan Deklarasi Djoeanda. Isinya menyatakan bahwa negara Indonesia dengan perairan pedalamannya merupakan kesatuan wilayah nusantara. Fakta itu kemudian diakui oleh Konvensi Hukum Laut Internasional 1982. Merujuk penelitian Santos, pada masa puluhan ribu tahun yang lalu wilayah negara Indonesia merupakan suatu benua yang menyatu. Tidak terpecah-pecah dalam puluhan ribu pulau seperti halnya sekarang.


Santos menetapkan bahwa pada masa lalu itu Atlantis merupakan benua yang memben-tang dari bagian selatan India, Sri Lanka, Sumatra, Jawa, Kalimantan, terus ke arah timur dengan Indonesia (yang sekarang) sebagai pusatnya. Di wilayah itu terdapat puluhan gunung berapi yang aktif dan dikelilingi oleh samudera yang menyatu bernama Orientale, terdiri dari Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.

Teori Plato menerangkan bahwa Atlantis merupakan benua yang hilang akibat letusan gunung berapi yang secara bersamaan meletus. Pada masa itu sebagian besar bagian dunia masih diliput oleh lapisan-lapisan es (era Pleistocene) . Dengan meletusnya berpuluh-puluh gunung berapi secara bersamaan yang sebagian besar terletak di wilayah Indonesia (dulu) itu, maka tenggelamlah sebagian benua dan diliput oleh air yang berasal dari es yang mencair. Di antaranya letusan gunung Meru di India Selatan dan gunung Semeru/Sumeru/ Mahameru di Jawa Timur. Lalu letusan gunung berapi di Sumatera yang membentuk Danau Toba dengan pulau Samosir, yang merupakan puncak gunung Toba yang meletus pada saat itu. Letusan yang paling dahsyat di kemudian hari adalah gunung Krakatau (Krakatoa) yang memecah bagian Sumatera dan Jawa dan lain-lainnya serta membentuk selat dataran Sunda.

Kata Atlantis berasal dari bahasa Sanskrit Atala, yang berarti surge atau menara peninjauan (watch tower), Atalaia (Potugis), Atalaya (Spanyol).

Plato menegaskan bahwa wilayah Atlantis pada saat itu merupakan pusat dari peradaban dunia dalam bentuk budaya, kekayaan alam, ilmu pengetahuan-teknologi, dan lain-lainnya. Plato menduga bahwa letak Atlantis itu di Samudera Atlantik sekarang. Pada masanya, ia bersikukuh bahwa bumi ini datar dan dikelilingi oleh satu samudera (ocean) secara menyeluruh. Ocean berasal dari kata Sanskrit ashayana yang berarti mengelilingi secara menyeluruh. Pendapat itu kemudian ditentang oleh ahli-ahli di kemudian hari seperti Copernicus, Galilei-Galileo, Einstein, dan Stephen Hawking.

Santos berbeda dengan Plato mengenai lokasi Atlantis. Ilmuwan Brazil itu berargumentasi, bahwa pada saat terjadinya letusan berbagai gunung berapi itu, menyebabkan lapisan es di muka bumi mencair dan mengalir ke samudera sehingga luasnya bertambah. Air dan lumpur berasal dari abu gunung berapi tersebut membebani samudera dan dasarnya, mengakibatkan tekanan luar biasa kepada kulit bumi di dasar samudera, terutama pada pantai benua. Tekanan ini mengakibatkan gempa. Gempa ini diperkuat lagi oleh gunung-gunung yang meletus kemudian secara beruntun dan menimbulkan gelombang tsunami yang dahsyat. Santos, dengan mengutip teori para geolog, menamakannya sebagai Heinrich Events, bencana katastrop yang berdampak global. Beberapa artikel resume dari buku Aryso Santos ini dipublikasikan di situs internetnya di http://www.atlan.org.

Menurut Santos, dalam usaha mengemukakan pendapat mendasarkan kepada sejarah dunia, tampak Plato telah melakukan dua kekhilafan, pertama mengenai bentuk/posisi bumi yang katanya datar. Kedua, mengenai letak benua Atlantis yang katanya berada di Samudera Atlantik yang ditentang oleh Santos. Penelitian militer Amerika Serikat di wilayah Atlantik terbukti tidak berhasil menemukan bekas-bekas benua yang hilang itu. Oleh karena itu tidaklah semena-mena ada peribahasa yang berkata, “Amicus Plato, sed magis amica veritas.” Artinya,”Saya senang kepada Plato tetapi saya lebih senang kepada kebenaran.”

Priyatna mengatakan: ”Namun, ada beberapa keadaan masa kini yang antara Plato dan Santos sependapat. Yakni pertama, bahwa lokasi benua yang tenggelam itu adalah Atlantis dan oleh Santos dipastikan sebagai wilayah Republik Indonesia. Kedua, jumlah atau panjangnya mata rantai gunung berapi di Indonesia. Di antaranya ialah Kerinci, Talang, Krakatoa, Malabar, Galunggung, Pangrango, Merapi, Merbabu, Semeru, Bromo, Agung, Rinjani. Sebagian dari gunung itu telah atau sedang aktif kembali.”

Ketiga, soal semburan lumpur akibat letusan gunung berapi yang abunya tercampur air laut menjadi lumpur. Endapan lumpur di laut ini kemudian meresap ke dalam tanah di daratan. Lumpur panas ini tercampur dengan gas-gas alam yang merupakan impossible barrier of mud (hambatan lumpur yang tidak bisa dilalui), atau in navigable (tidak dapat dilalui), tidak bisa ditembus atau dimasuki. Dalam kasus di Sidoarjo, pernah dilakukan remote sensing, penginderaan jauh, yang menunjukkan adanya sistim kanalisasi di wilayah tersebut. Ada kemungkinan kanalisasi itu bekas penyaluran semburan lumpur panas dari masa yang lampau.

Menurut Priyatna, bahwa Indonesia adalah wilayah yang dianggap sebagai ahli waris Atlantis, tentu harus membuat kita bersyukur. Membuat kita tidak rendah diri di dalam pergaulan internasional, sebab Atlantis pada masanya ialah pusat peradaban dunia. Namun sebagai wilayah yang rawan bencana, sebagaimana telah dialami oleh Atlantis itu, sudah saatnya kita belajar dari sejarah dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan mutakhir untuk dapat mengatasinya.

Koran Republika, Sabtu, 18 Juni 2005 menulis bahwa para peneliti AS menyatakan bahwa Atlantis is Indonesia. Hingga kini cerita tentang benua yang hilang ‘Atlantis’ masih terselimuti kabut misteri. Sebagian orang menganggap Atlantis cuma dongeng belaka, meski tak kurang 5.000 buku soal Atlantis telah ditulis oleh para pakar.

Bagi para arkeolog atau oceanografer moderen, Atlantis tetap merupakan obyek menarik terutama soal teka-teki di mana sebetulnya lokasi sang benua. Banyak ilmuwan menyebut benua Atlantis terletak di Samudera Atlantik.

Sebagian arkeolog Amerika Serikat (AS) bahkan meyakini benua Atlantis dulunya adalah sebuah pulau besar bernama Sunda Land, suatu wilayah yang kini ditempati Sumatra, Jawa dan Kalimantan. Sekitar 11.600 tahun silam, benua itu tenggelam diterjang banjir besar seiring berakhirnya zaman es.

”Para peneliti AS ini menyatakan bahwa Atlantis is Indonesia,” kata Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Prof Umar Anggara Jenny, Jumat (17/6), di sela-sela rencana gelaran ‘International Symposium on The Dispersal of Austronesian and the Ethnogeneses of the People in Indonesia Archipelago, 28-30 Juni 2005.

Kata Umar, dalam dua dekade terakhir memang diperoleh banyak temuan penting soal penyebaran dan asal usul manusia. Salah satu temuan penting ini adalah hipotesa adanya sebuah pulau besar sekali di Laut Cina Selatan yang tenggelam setelah zaman es.

Hipotesa itu, kata Umar, berdasarkan pada kajian ilmiah seiring makin mutakhirnya pengetahuan tentang arkeologi molekuler. Tema ini, lanjutnya, bahkan menjadi salah satu hal yang diangkat dalam simposium internasional di Solo, 28-30 Juni 2005.

Menurut Umar, salah satu pulau penting yang tersisa dari benua Atlantis — jika memang benar — adalah Pulau Natuna, Riau. Berdasarkan kajian biomolekuler, penduduk asli Natuna diketahui memiliki gen yang mirip dengan bangsa Austronesia tertua.

Bangsa Austronesia diyakini memiliki tingkat kebudayaan tinggi, seperti bayangan tentang bangsa Atlantis yang disebut-sebut dalam mitos Plato. Ketika zaman es berakhir, yang ditandai tenggelamnya ‘benua Atlantis’, bangsa Austronesia menyebar ke berbagai penjuru.
Mereka lalu menciptakan keragaman budaya dan bahasa pada masyarakat lokal yang disinggahinya dalam tempo cepat yakni pada 3.500 sampai 5.000 tahun lampau. Kini rumpun Austronesia menempati separuh muka bumi.

Ketua Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (IAAI), Harry Truman Simanjuntak, mengakui memang ada pendapat dari sebagian pakar yang menyatakan bahwa benua Atlantis terletak di Indonesia. Namun hal itu masih debatable.

Yang jelas, terang Harry, memang benar ada sebuah daratan besar yang dahulu kala bernama Sunda Land. Luas daratan itu kira-kira dua kali negara India. ”Benar, daratan itu hilang. Dan kini tinggal Sumatra, Jawa atau Kalimantan,” terang Harry. Menurut dia, sah-sah saja para ilmuwan mengatakan bahwa wilayah yang tenggelam itu adalah benua Atlantis yang hilang, meski itu masih menjadi perdebatan yang perlu diverifikasi secara ilmiah oleh berbagai pihak yang berwenang (otoritatif), misalnya Badan Arkeologi Nasional RI.
Dominasi Austronesia

The biblical flood really did occur – at the end of the last Ice Age. The Flood drowned for ever the huge continetal shelf of Southeast Asia, and caused a population dispersal which fertilized the Neolithic cultures of China, India, Mesopotamia, Egypt and the eastern Mediterranean, thus creating the first civilizations. The Polynesians did not come from China but from the islands of Southeast Asia. The domestication of rice was not in China but in the Malay Peninsula, 9,000 years ago. In this ground breaking new book Stephen Oppenheimer reveals how evidence from oceanography, archaeology, linguistics, genetics and folklore overwhelmingly suggests that the lost ‘Eden’ – the cradle of civilization – was not in the Middle East, as is usually supposed, but in the drowned continent of Southeast Asia. ( Stephen Oppenheimer)

Menurut Umar Anggara Jenny, Austronesia sebagai rumpun bahasa merupakan sebuah fenomena besar dalam sejarah manusia. Rumpun ini memiliki sebaran yang paling luas, mencakup lebih dari 1.200 bahasa yang tersebar dari Madagaskar di barat hingga Pulau Paskah di Timur. Bahasa tersebut kini dituturkan oleh lebih dari 300 juta orang.

”Pertanyaannya dari mana asal-usul mereka? Mengapa sebarannya begitu meluas dan cepat yakni dalam 3500-5000 tahun yang lalu. Bagaimana cara adaptasinya sehingga memiliki keragaman budaya yang tinggi,” tutur Umar.

Salah satu teori, menurut Harry Truman, mengatakan penutur bahasa Austronesia berasal dari Sunda Land yang tenggelam di akhir zaman es. Populasi yang sudah maju, proto-Austronesia, menyebar hingga ke Asia daratan hingga ke Mesopotamia, mempengaruhi penduduk lokal dan mengembangkan peradaban.

Peta Penyebaran Umat Manusia pasca Ledakan Supervolcano Toba 75.000 tahun yang lalu. Silahkan di-klik link-nya untuk melihat animasi lengkapnya.
Apa yang diungkap Prof. Dr. Umar Anggara Jenny dan Harry Truman tentang sebaran dan pengaruh bahasa dan bangsa Austronesia ini dibenarkan oleh Prof.Dr. Abdul Hadi WM, budayawan dan sastrawan terkemuka Indonesia.



Konteks Indonesia secara Filosofis dan Spiritual


Secara filosofis dan historis, apa yang telah dirumuskan oleh para Founding Fathers Republik Indonesia menjadi Panca Sila, apakah secara langsung atau tidak, mungkin terinspirasi atau ada kemiripan (paralelisme) dengan konsep Plato tentang “Negara Ideal” yang tertulis dalam karyanya “Republic”. Konsep Plato tentang sistem kepemimpinan masyarakat dan siapa yang berhak memimpin bangsa, bukanlah berdasarkan sistem demokrasi formal-prosedural yang liberal ala demokrasi Barat (Amerika) saat ini. Secara sederhana konsep kepemimpinan Platonis adalah “King Philosopher” atau “Philospher King”. Konsep ini Plato dapatkan dari kisah tentang sistem pemerintahan dan negara Atlantis.

Menurut Plato suatu bangsa hanyalah akan selamat hanya bila dipimpin oleh orang yang dipimpin oleh “kepala”-nya (oleh akal sehat, ilmu pengetahuan dan hati nuraninya), dan bukan oleh orang yang dipimpin oleh “otot dan dada” (arogansi), bukan pula oleh “perut” (keserakahan), atau oleh “apa yang ada di bawah perut” (hawa nafsu). Hanya para filosof, yang dipimpin oleh kepalanya, yaitu para pecinta kebenaran dan kebijaksanaan-lah yang dapat memimpin dengan selamat, dan bukan pula para sophis (para intelektual pelacur, demagog) seperti orang kaya yang serakah (tipe Qarun, “manusia perut” zaman Nabi Musa), atau tipe Bal’am (ulama-intelektual-penyihir yang melacurkan ilmunya kepada tiran Fir’aun). Plato membagi jenis karakter manusia menjadi 3: “manusia kepala” (para filosofof-cendikiawan-arif bijaksana), “manusia otot dan dada” (militer), dan “manusia perut” (para pedagang, bisnisman-konglomerat). Negara akan hancur dan kacau bila diserahkan kepemimpinannya kepada “manusia otot-dada” atau “manusia perut”, menurut Plato.

Dr. Jalaluddin Rakhmat menjelaskan dalam konteks terminologi agama mutakhir: Islam, istilah Philosophia atau Sapientia, era Yunani itu identik dengan terminologiHikmah dalam al-Qur’an. Istilah Hikmah terkait dengan Hukum (hukum-hukum Tuhan Allah SWT yang tertuang dalam Kitab-Kitab Suci para Nabi dan para Rasul Allah, utamanya Al-Qur’an al-Karim, dan Sunnah Rasulullah terakhir Muhammad SAW, yang telah merangkum dan melengkapi serta menyempurnakan ajaran dan hukum rangkaian para nabi dan rasul Allah sebelumnya. Hukum yang berdasarkan dan bergandengan dengan Hikmah, bila ditegakkan oleh para Hakim dalam sebuah sistem Hukumah (pemerintahan) inilah yang akan benar-benar dapat merealisasikan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmah-kebijaksanaan dalam permusyawaratan-perwakilan, serta Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Maka semakin jelaslah mengapa konsep kepemimpinan berdasarkan Panca Sila itu terkait erat dengan konsep kepemimpinan negara versi Plato, karena ia mengambilnya dari peradaban tertua yang luhur dari peradaban umat manusia pertama (Adam As dan keturunannya) yang mendapat hidayah dan ilmu langsung dari Tuhan YME: Allah SWT. Dan entah benar atau tidak, lokasinya adalah di Nusantara (Asia Tenggara).
Surga Atlantis, Yunani dan Indonesia.

Plato mendapatkan ilham filsafat politiknya serta informasi tentang peradaban dan perikehidupan bangsa antik yang luhur Atlantis, dari Socrates gurunya, juga dari jalur kakeknya yang bernama Critias. Di mana Critias mendapatkan berita tentang Atlantis dari Solon yang mendapatkannya dari para pendeta (ruhaniawan) di Mesir kuno.

Menurut penelitian Aryso Santos, para pendeta (rohaniwan) Mesir kuno ini, mewarisi informasi tentang Atlantis ini dari para leluhurnya yang berasal dari Hindustan (India yang merupakan peradaban Atlantis ke-2) dari peradaban bangsa Atlantis pertama di Sunda Land (Lemuria) atau Nusantara. Aryso Santos juga menemukan banyak informasi-informasi yang mengarahkan kesimpulannya dari artefak-artefak dan situs bersejarah di Mesir.

Aryso Santos juga menemukan bahwa cerita tentang Atlantis terkait dengan kisah para “dewa’ dalam mitologi Yunani dan perikedupan manusia pertama, keluarganya dan masyarakat keturunannya,. Cerita ini ada kemiripan dengan kisah Zeus dalam mitology dan legenda Yunani, juga dengan kisah dalam kitab suci Hindu Rig Veda, Puranas, dll. “All nations, of all times, believed in the existence of a Primordial Paradise where Man originated and developed the fist civilization ever. This story, real and true, is told in the Bible and in Hindu Holy Books such a the Rig Veda, the Puranas and many others. That this Paradise lay “towards the Orient” no one doubts, excepting some die-hard scientists who stolidly hold that the different civilizations developed independently from each other even in such unlikely, late places such as Europe, the Americas or the middle of the Atlantic Ocean. This, despite the very considerable contrary evidence that has developed from essentially all fields of the human sciences, particularly the anthropological ones. It is mainly on those that we base our arguments in favor of the reality of a pristine source of human civilization traditionally called Atlantis or Eden, etc.” tulis Aryso Santos.

Yang cukup mengejutkan adalah bahwa Peradaban kuno Atlantis, yang kemungkinan adalah peradaban pertama umat manusia, justru sudah beradab (civilized) dan punya kemampuan sains dan teknologi, dan sistem kemasyarakatan dan ketatanegaraan ideal yang cukup maju yang tak terbayangkan oleh kita sekarang itu dapat terjadi 11.600 tahun yang lalu. Dari sudut pandang umat Islam, hal ini tidaklah mengherankan, karena Nabi Adam, sebagai manusia (kalifatullah) pertama telah diajari Allah semua ilmu pengetahuan tentang nama-nama (QS 2 : 30).

Sebuah bangsa kepulauan, yang menurut anggapan Plato berlokasi di tengah Samudra Atlantik, dihuni oleh suatu ras manusia yang mulia dan sangat kuat (noble and powerfull). Rakyat tanah air tersebut sangat makmur sejahtera yang sangat bersyukur atas segala karunia sumber daya alam yang diketemukan di seantero kepulauan mereka. Kepulauan itu adalah sebuah pusat perdagangan dan kegiatan komersial. Pemerintahan negeri itu memperjalankan para penduduknya untuk memperdagankan hasil buminya sampai ke Afrika dan Eropa.


Poseidon = Pasundan ???
Menurut cerita Plato Atlantis adalah wilayahnya Poseidon, dewa laut. Ketika Poseidon jatuh cinta kepada wanita yang bisa mati, Cleito, dia membuat sebuah sumur di puncak bukit di tengah-tengah pulau dan membuat kanal-kanal air berbentuk lingkaran cincin di sekitar sumur tersebut untuk melindungi istrinya itu. Cleito melahirkan lima pasang anak kembar laki-laki yang menjadi penguasa pertama Atlantis. Negeri pulau itu dibagi-bagi di antara para saudara laki-lakinya. Yang tertua, Atlas, raja pertama Atlantis, diberi kontrol atas pusat bukit dan area sekitarnya.

Pada puncak tengah bukit, untuk menghormati Poseidon, sebuah bangunan candi, kuil atau istana dibangun yang menempatkan sebuah patung emas raksasa dari Poseidon yang mengendarai sebuat kereta yang ditarik kuda terbang. Di sinilah para penguasa Atlantis biasa mendiskusikan hukum, menentapkan keputusan dan memberi penghormatan kepada Poseidon.

Untuk memfasilitasi perjalanan dan perdagangan, sebuah kanal (saluran) air dibuat memotong cincin-cincin kanal air yang melingkari wilayah, sehingga terbentuk jalan air sepanjang 9 km ke arah selatan menuju laut.
Kota Atlantis menduduki tempat pada wilayah luar lingkaran cincin air, menyebar di sepanjang dataran melingkar sepanjang 17 km. Inilah tempat yang padat penduduk di mana mayoritas pendudukanya tinggal.

Di belakang kota terhampar seuatu lahan subur sepanjang 530 km dan selebar 190 km yang dikitari oleh kanal air lain yang digunakan untuk memngumpulkan air dari sungai-sungai dan aliran air pengunungan. Iklimnya memungkinkan mereka dapat 2 kali panenan dalam setahun. Pada saat musim penghujan, lahan disirami air hujan dan pada musim panas/kemarau, lahan diairi irigasi dari kanal-kanal air.
Mengitari dataran di sebelah utaranya ada pengunungan yang menjulang tinggi ke langit. Pedesaaan, danau-danau dan sungai dan meadow menandai titik-titik pengunungan.

Disamping hasil panenan, kepulauan besar tersebut menyediakan semua jenis tanaman herbal, buah-buahan dan kacang-kacangan, dan sejumlah hewan termasuk gajah, yang memenuhi kepulauan.

Dari generasi ke genarasi orang-orang Atlantean hidup dengan sederhana, hidup penuh dengan kebaikan. Namun lambat-laun meerka mulai berubah. Keserakahan dan kekuasaan mulai mengkorupsi mereka. Ketika Maha Dewa Zeus melihat ketidak dapat matian (immortality) para penduduk Atlantis, maka Dia mengumpulkan para dewa lainnya untuk menentukan sebuah hukuman yang layak bagi mereka.
Segera, dalam sebuah bencana besar mereka lenyap. Kepulauan Atlantis, penduduknya, dan ingatan-ingatanya musnah tersapu lautan.

Ringkasan cerita yang dikisahkan Plato ini sekitar tahun 360 SM dalam dialognyaTimaeus and Critias. Karya tulis Plato ini adalah satu-satunya referensi yang diketahui mengenai Atlantis. Ini telah menimbulkan kontroversi dan perdebatan lebih dari 2 ribu tahun lamanya.


Replika Situs Atlantis telah diketemukan di Sumatra ?

Beberapa orang yang penulis temukan secara tak sengaja, antara Maret-Mei tahun ini telah mengaku menemukan jejak-jejak situs yang diduga kemungkinan besar adalah replika situs Atlantis. Menurut pengakuan mereka, mereka terdorong oleh ilham dan mimpi serta cerita-cerita tambo, mitos dan legenda yang diwarisi dari leluhur mereka tentang cerita istana Dhamna yang hilang di tengah pulau Sumatra, di sekitar perbatasan Propinsi Sumatra Barat, Jambi dan Riau.

Sekitar 6 bulan mereka melakukan riset dan ekspedisi ke lokasi, dengan partisipasi seorang arkeolog dan panduan beberapa tokoh masyarakat adat setempat mereka menemukannya di tengah bukit dan hutan yang sukar dijangkau manusia. Di tempat yang sekarang dikenal sebagai Lubuk Jambi itu konon telah diketemukan oleh masyarakat setempat berbagai artefak dan sisa bangunan peninggalan kerajaan Kandis, yang diduga Atlantis itu di dekat sungai Kuantan Singgigi. Beberapa foto dirimkan oleh mereka kepada penulis sebagai bukti hasil ekspedisi mereka. Namun demikian, menurut mereka, tempat tersebut dijaga dan dipelihara, selain oleh masyarakat adat setempat juga oleh kekuatan makluk supra natural tertentu yang menjaganya ribuan tahun. Bahkan menurut mereka, jarum kompas yang mereka bawa ke tempat itu pun tidak bisa berfungsi lagi, karena pengaruh kutub magnetis bumi pun menjadi hilang di sana. Salah satu dari tim ekspedisi itu mengaku melihat dan merasakan kehadiran semacam siluman macan/harimau yang menjaga tempat itu. Wallahu ‘alam bi shawab.

Lebih lanjut silahkan baca makalah pimpinan team ekspedisi Kandis itu di :http://ahmadsamantho.wordpress.com/2009/06/22/kerajaan-kandis-“atlantis-nusantara”/

Namun terlepas dari benar tidaknya pengakuan mereka, ada juga beberapa pihak yang mengaitkan diketemukannya bukti-bukti situs Atlantis sebagai peradaban umat manusia pertama dengan sejarah kehidupan Nabi Adam As dan anak-cucu keturunannya, dengan prediksi kebangkitan kembali agama-agama dan spiritualisme dunia menjelang akhir zaman. Ini konon terhubung dengan persiapan kedatangan Imam Mahdi dan mesianisme kebangkitan kembali Nabi Isa al-Masih, sebelum kiamat tiba.
Inilah yang mungkin masih menjadi pertanyaan tersirat ES Ito yang menulis novel Negara Kelima. Bagaimanakah revolusi menuju negara ke lima itu mendapatkan jalannya?

Nusantara, Indonesia sekarang, menurut Tato Sugiarto, telah dipersiapkan Tuhan YME sebagai negeri tempat persemaian dan tumbuh kembangnya kearifan ilahiah dan shopia perennialis yang berevolusi melalui berbagai agama dunia dan kearifan-kearifan lokal nusantara, yang merefleksikan falsafah Bhineka Tunggal Ika. Menurut pria kelahiran 1937, mantan tea taster dan market analisis PT perkebunan I – IX Sumatara Utara – Aceh, walau terjadi paradoks –di balik krisis lingklungan seiring dengan krisis peradaban global, mengutip Alvin Tofler, terjadi pula gejala-gejala kebangkitan agama-agama, yang paralel dengan kebangkitan spiritualisme menurut John Naisbit. Ini menutut Tato, adalah pertanda masa transisi proses kebangkitan umat manusia menyosong tranformasi menuju “Kebangkitan Peradaban Mondial Millenium Ketiga”.

Gejala ini juga terlihat jelas di kawasan Nusantara ini, dan pesan-pesannya pun dipahami para ahli makrifat yang waskita. Walau fenomena ini tampil paradoksal, namun sesungguhnya bersifat komplementer, merupakansurvival instinct manusia. Ini merupakan peringatan dini dalam mengatisipasi apocaliptic threats yang akan hadir di masa datang. Prophetic intelegence yang relevan dengan itu berabad-abad yang lampau sebenarnya telah diisyaratkan dalam Injil dan al-Qur’an sebagai nubuat(ramalan) Kebangkitan Isa al-Masih (QS 3: 55, QS 19:33) ataupun yang dalam pagelaran wayang purwo ditampilkan sebagai mitos “Kresna Gugah”.

Tato Sugiarto menjelaskan: Wayang Purwo warisan Wali Songo adalah “tontonan dan tuntunan” adiluhung yang cocok dengan semua agama. Tampil sebagai seni budaya yang sarat dengan muatan aneka ilmu pengetahuan.


Kresna Gugah = Kebangkitan Imam Mahdi ???
Medium pendidikan massal ini dikemas sebagai total arts, yang kehadirannya mewakili pagelaran seni makrifat atau meditative arts. Kini wayang purwo telah melampaui batas wilayah Nusantara, lalu diakui sebagai warisan dunia, yaitu sejak dinyatakan oleh UNESCO (PBB) sebagai “A Masterpiece of the Oral and Intangible heritage of Humanity” pada tgl 7 November 2003 di Paris Perancis.

Kresna
Dalam ungkapan seorang aktifis urban sufism di Jakarta, Rani Angraini, “karena di sinilah peradaban luhur pertama umat manusia berawal, maka di sini pula peradaban umat manusia bangkit kembali dan berakhir di penghujung zaman.”
Wallahu ‘Alam bi shawab.

Disadur dari: Ahmad Samantho